Pihak berwenang telah memberlakukan jam malam sejak sore hingga fajar di daerah dekat dengan perbatasan Myanmar dengan Bangladesh setelah sekelompok orang bersenjata menyerbu pos-pos polisi, kata para pejabat hari Ahad, seperti dilansir Anodolu Agency.
Sedikitnya sembilan polisi dan delapan gerilyawan tewas setelah penyerang bersenjatakan senapan, pisau dan bahan peledak menyerbu tiga stasiun Penjaga Perbatasan Kepolisian di kota-kota Maungdaw dan Yathay Taung di barat Negara bagian Rakhine sekitar pukul 3.00 a.m (2130GMT Sabtu).
Jam malam (07:00-06:00) diberlakukan di daerah yang sebelumnya sudah memberlakukan jam malam parsial (11:00-04:00) menyusul kekerasan komunal yang pecah di sana pada pertengahan 2012 antara Rakhine Buddha dan Muslim Rohingya.
Menteri Informasi Phay Myint mengatakan dalam konferensi pers di ibukota politik Nay Pyi Taw bahwa situasi telah dikendalikan pada malam hari.
“Seorang polisi tetap hilang belum ditemukan,” katanya.
Pemerintah mengatakan bahwa polisi telah menangkap hidup-hidup dua gerilyawan, sementara 51 senjata dicuri dari gudang senjata polisi saat serangan.
Kepala polisi Zaw Win mengatakan dalam konferensi pers bahwa mereka belum mengkonfirmasi kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Kami tidak yakin jika para penyerang berasal dari RSO, tetapi mereka meneriakkan kata ‘Rohingya’ selama serangan,” katanya, mengacu pada Organisasi Solidaritas Rohingya (the Rohingya Solidarity Organization-RSO) – sebuah kelompok bayangan yang namanya diambil dari kaum Muslim minoritas Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu etnis dunia yang paling teraniaya.
“Kami masih menginterogasi dua orang bersenjata yang kami tangkap hidup-hidup,” tambahnya.
Meskipun sebagian besar analis percaya keberadaan RSO hanyalah mitos, pemerintah telah mengklasifikasikan RSO sebagai kelompok pejuang Islam dan pejabat menyalahkan mereka sebagai pelaku serangan baru di daerah perbatasan.
(sumber: Anadolu Agency)
Sedikitnya sembilan polisi dan delapan gerilyawan tewas setelah penyerang bersenjatakan senapan, pisau dan bahan peledak menyerbu tiga stasiun Penjaga Perbatasan Kepolisian di kota-kota Maungdaw dan Yathay Taung di barat Negara bagian Rakhine sekitar pukul 3.00 a.m (2130GMT Sabtu).
Jam malam (07:00-06:00) diberlakukan di daerah yang sebelumnya sudah memberlakukan jam malam parsial (11:00-04:00) menyusul kekerasan komunal yang pecah di sana pada pertengahan 2012 antara Rakhine Buddha dan Muslim Rohingya.
Menteri Informasi Phay Myint mengatakan dalam konferensi pers di ibukota politik Nay Pyi Taw bahwa situasi telah dikendalikan pada malam hari.
“Seorang polisi tetap hilang belum ditemukan,” katanya.
Pemerintah mengatakan bahwa polisi telah menangkap hidup-hidup dua gerilyawan, sementara 51 senjata dicuri dari gudang senjata polisi saat serangan.
Kepala polisi Zaw Win mengatakan dalam konferensi pers bahwa mereka belum mengkonfirmasi kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Kami tidak yakin jika para penyerang berasal dari RSO, tetapi mereka meneriakkan kata ‘Rohingya’ selama serangan,” katanya, mengacu pada Organisasi Solidaritas Rohingya (the Rohingya Solidarity Organization-RSO) – sebuah kelompok bayangan yang namanya diambil dari kaum Muslim minoritas Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu etnis dunia yang paling teraniaya.
“Kami masih menginterogasi dua orang bersenjata yang kami tangkap hidup-hidup,” tambahnya.
Meskipun sebagian besar analis percaya keberadaan RSO hanyalah mitos, pemerintah telah mengklasifikasikan RSO sebagai kelompok pejuang Islam dan pejabat menyalahkan mereka sebagai pelaku serangan baru di daerah perbatasan.
(sumber: Anadolu Agency)
2 Komentar
Cakeeep
BalasHapusmyherb2u
BalasHapus