Sisingamangaraja 12 Ternyata Sempat Berlatih dengan Panglima Perang Aceh



Hubungan persahabatan dan militer Singamangaraja 12 dengan Aceh sudah banyak diakui oleh peneliti sejarah mulai dari Mohammad Said, WB.Sidjabat, Sitor Situmorang juga Uli Kozok.

Di luar para peneliti yang terkenal itu, harian Sinar Indonesia Baru (SIB) Medan pernah memuat kesaksian sejarah yang menjelaskan hubungan persahabatan lebih kongkrit Aceh dengan Tanah Batak.

Inilah hasil wawancara wartawan harian SIB, (10 Juni 1979) Nazar Effendi Erde dengan Haji Tuanku Hasyim SH, cucu Tuanku Hasyim Banta Muda (THBM), Perdana Menteri/Menteri Peperangan Kerajaan Aceh yang melawan Belanda selama 40 tahun.



Kesaksian ini berasal dari T. Ratna Keumala (makcik Haji Tuanku Hasyim yang diwawancarai Nazar Effendi).

Saat itu Keumala berusia 13 tahun melihat rombongan Singamangaraja 12 (SM12) berjumlah dekat 100 orang datang dan minta bantuan THBM melawan Belanda dan sekalian minta memperdalam ilmu militer di Aceh.

Konon sejarahwan Australia, Anthony Reid menyebut THBM sebagai "War Leader". Dia pemimpin tertinggi pemerintahan sipil dan militer Aceh karena saat itu Sultan Aceh, Alaidin Muhammadsyah masih berusia sembilan tahun.

Dan SM 12 dengan pasukannya mengikuti latihan militer selama 3 bulan di pusat latihan militer Keumala.

Kabarnya, pemimpin Melayu juga pernah ikut di pusat latihan militer ini yakni Datuk Hamparan Perak serta Sultan Serdang (Sultan Basyaruddin, nenek T. Lukman Sinar).

THBM sendiri dilatih oleh pensiunan jenderal Turki.

Menjelang pulang THBM memberikan 3 serdadu Aceh ikut SM 12 untuk mengawal pertempuran dengan Belanda. Lalu SM12 memberikan dua anak dara kepada THBM, satu tinggal di Keumala satu lagi di Manyak Pahit. Dan keturunan Batak- Aceh diyakini ada dan bisa ditelusuri di dua tempat yang disebutkan. Itulah alkisah nya.

Benarkah hasil wawancara berbasis sejarah lisan ini? Sudah lama ilmu sejarah menggunakan dan memanfaatkan data sejarah lisan untuk diklarifikasi kepada sumber sumber lain, arkeologis, teks, atau sejarah lisan ditempat lain. Kini ada metode baru juga. Tes DNA.

Misalnya jika mau, keturunan THBM yang masih bisa dilacak keberadaannya saat ini, apakah ada yang berdarah Batak.

Kisah tradisi lisan yang hidup di Aceh ini apakah paralel dengan kisah tradisi lisan yang ada di Tanah Batak? Atau adakah versi lain? Salah satu konvensi studi foklore/sejarah lisan adalah versi yang tidak tunggal, selalu ada versi lain.



Nah siapa yang punya versi lain dan dari mana sumbernya? Kisah di harian SIB ini sekalipun berasal dari tradisi lisan, tapi jelas narasumbernya bisa dilacak. Versi ini memperlihatkan betapa akrabnya persahabatan antara Aceh dengan Tanah Batak di masa lalu. (Ichwan Azhari)

Posting Komentar

0 Komentar