Galau, mungkin lima huruf dari kata ini yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati Denny Siregar dan Gerombolan Penista Logika yang memujanya.
Gegara Polda Jabar menghentikan kasus penodaan Pancasila yang dilaporkan Sukmawati Sukarno Putri , banyak GPL khususnya dari sayap kiri (Ahoker) yang Gegana plus LBM alias Gelisah, Galau, Merana Plus Layu Bentar lagi Mati.
(https://m.detik.com/…/polda-jabar-hentikan-kasus-penodaan-p…).
GPL sayap kiri (ahoker) langsung bereaksi keras dengan mengancam akan Golput tidak akan memilih Pak Jokowi lagi di Pilpres 2019 nanti.
Opss, ntar dulu, kata "Golput" atau Golongan Putih sebenarnya kurang tepat bagi mereka, lebih cocok Golhim-kat (Golongan Hitam Pekat) dan Golrok-tek (Golongan Jorok-Butek).
Tentu saja ngambek-nya GPL sayap kiri membuat Denny mulai patah hati, terbukti dengan berusaha mencerahkan mereka dengan membuat tulisan "strategi catur" ala Pak De yang kurang lebih maksudnya kasus HRS "sengaja" dihentikan agar beliau pulang dulu dan setelah pulang akan dijerat kembali dengan kasus lain.
Mungkin saja Denny terinspirasi strategi busuk Jenderal de Kock yang pura-pura akan mengajak berunding kemudian menangkap Pangeran Diponegoro, bedanya kali ini korbannya Habib Rizieq dan pelakunya Jenderal Pekok.
Tapi strategi Denny untuk mencerahkan para GPL sepertinya gagal total.
Denny dan Pak De malah dihujat dan dianggap tidak setia kawan kepada Koh Ahok.
Sayangnya para GPL sayap kiri tersebut memang benar-benar makhluk nir-logika yang menyedihkan dan mengingatkan saya pada sosok Gollum di film The Lord Of The Ring.
Kalau memang menginginkan Denny dan Pak De setia-sekawan dengan Ahok, sederhana saja, mari kita pilih Pak Prabowo di Pilpres 2019 nanti dan setelahnya kita kirim Denny dan Pak De menemani Ahok untuk trening kembali di Mako Brimob lagi.
Piye karepmu jal?
0 Komentar