Gara-gara Minta Terpal, Nenek Korban Gempa Lombok Ini Malah Dibentak


Nenek tua itu sampai menangis saat menerima selimut bantuan yang kami antarkan. Dia dan suaminya tidak ikut mengungsi ke lapangan. Bertahan di sekitar gubuk reot yang sudah doyong digoncang gempa. Di dusun Pademare, pesisir pantai Desa Gunung Malang, kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.

Suaminya sakit. Bengkak. Sulit bergerak. Sepertinya akan kesulitan jika harus bergabung dengan pengungsi lainnya. Warga seperti ini memang menjadi fokus kami. Yang masih tinggal di sekitar rumah. Di dusun-dusun terpencil. Kurang mampu dan tidak ikut mengungsi di posko induk.

Nenek itu sebenarnya meminta terpal. Tapi belum bisa kami penuhi hari ini, mudah-mudahan besok. Setiap terpal yang datang selalu ludes. Yang membutuhkan terpal seperti tidak ada habis-habisnya. Sedangkan terpal mahal dan langka.

Pernah dia mencoba meminta terpal ke panitia di posko induk. Alih-alih diberikan terpal. Malah dia dibentak. Disuruh minta di kepala desa. Nenek itu pulang dengan sedihnya. Itu mungkin yang membuat dia sangat terharu saat kami beri selimut. Merasa diperhatikan setelah mendapat perlakuan seperti itu.

Saya juga tidak sepenuhnya menyalahkan panitia di posko induk itu. Mungkin panitia hanya merasa kesal saja kepada kepala desa karena dianggap tidak bisa berbuat apa-apa. Nenek ini yang menjadi sasaran. Di mana-mana saya lihat kasus yang seperti ini. Warga menyalahkan kepala desa. Kepala desa atau kepala dusun membentak, marah-marah. Karena pusing dan tidak berdaya.

Saya sering mengatakan ini kepada warga. Sudahlah, jangan terlalu menyalahkan dan berharap kepada kepala desa. Jangankan kepala desa, bupati bahkan gubernur saja tidak mampu berbuat banyak untuk mengatasi masa-masa darurat ini. Bahkan para relawan merasa hanya seperti setetes air di gurun pasir saat berhadapan dengan warga yang membutuhkan bantuan. Seperti di Lombok Utara.

Tunggulah nek. Kami akan segera kempali. Walaupun kami hanya setetes embun. Insyaalloh, kami tidak akan menghilang. Kami tidak akan diam. Kami tidak akan berhenti. *LBS*

Posting Komentar

0 Komentar