Ketua Bali Tourism Board (BTB), IB Agung Partha Adnyana melakukan kesepakatan rahasia dengan mafia Tiongkok (China) yang membuat paket wisata Bali murahan, Minggu (20/10). Kesepakatan itu dibuat dalam pertemuan di Restoarn The Village Sanur, Denpasar.
Salah satu kesepakatannya, pihak mafia ini akan dilindungi jika mau mengikuti instruksi dari Ketua BTB. Padahal Agung Partha sendiri sebelumnya ikut melakukan sidak dengan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).
Informasi yang dirangkum Koran ini, pertemuan dilakukan Minggu (20/10) di Restoran The Village Sanur. Pihak Ketua BTB mengumpulkan tiga induk perusahaan jaringan Toko yang diduga selama ini mensponsori wisatawan masuk Bali, namun memaksa agar belanja di toko tersebut. Toko itu sendiri menggunakan stempel garuda, mempekerjakan orang asing dengan visa wisata dan lainnya.
Tiga toko yang diundang itu adalah Pemilik Mahkota Xie Jin Bao Shen Jiulong, Pemilik Onbase Grup Xiu Y Hon Gue Juli dan Pemilik Mosso Suryadi Amid.
Pertemuan dilakukan dengan sangat rahasia. Bahkan ditegaskan sebelum mulai acara bahwa ruang pertemuan itu sudah diawasi khusus. “Tidak boleh mengambil gambar, merekam dan lainya. Pertemuan rahasia, mulai pukul satu siang sampai pukul empat sore,” jelas sumber Koran ini.
Namun akhirnya beberapa foto bukti kesepakatan dengan jajaran “mafia” Tiongkok, itu sudah beredar. Salah satunya adalah agar jajaran pemilik Toko yang disidak oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Ardhana Sukawati (Cok Ace), bersama Ketua BTB IB Agung Partha itu mengikuti intruksi IB Agung Partha.
“Intinya jika mau mengikuti intruksi Pak Agung (IB Agung Partha, Red), kalian akan dilindungi oleh Pak Agung,” seperti itu salah satu kesimpulan acara yang beredar.
Sedangkan kesepakatan yang dibuat intinya, pihak pemilik Toko akan menggunakan tenaga asing yang legal dengan segala ketentuan harus dipatuhi.
Kemudian meminta agar menggunakan SNI dan banyak hal. Namun diduga, kesepakatan ini hanya untuk meyakinkan publik. Karena jika melanggar BTB juga tidak punya kewenangan untuk memproses hukum para pemilik toko tersebut.
Sayangnya sampai berita ini diturunkan IB Agung Partha belum bisa dikonfirmasi, empat kali dihubungi tidak mau mengangkat telepon.
Seperti halnya berita sebelumnya, Ketua Bali Liang (Komite Tiongkok Asita Daerah Bali) Elsye Deliana menjelaskan, saat ini memang wisatawan Tiongkok kunjungan tertinggi di Bali.
Namun ada praktik - praktik yang terkait Bali dijual murah di Tiongkok sudah menjadi masalah yang sangat mengkawatirkan bagi Bali. Bali awalnya dijual Rp 2 juta, setelah angka 99 RMB atau Sekitar Rp 2 juta, kemudian turun menjadi 777 RMB sekitar Rp 1,5 juta, kemudian turun lagi menjadi 499 RMB atau sekitar Rp 1 juta dan terakhir sudah sampai 299 RMB sekitar Rp 600 ribu. Dan terakhir sampai Rp 200 ribu, namun penerbangan sekitar 200 wisatawan itu dibatalkan oleh Pemerintah Shenzhen, karena dianggap harganya tidak sehat.
Ini terjadi karena ada permainan besar dari penjual. Ada pengusaha dari Tiongkok juga yang membangun usaha Art shop di Bali. Dengan jumlah yang sudah cukup banyak di Bali. Toko – toko ini yang mensubsidi wisatawan dengan biaya murah itu ke Bali.
Namun mereka nantinya wajib untuk masuk ke toko – toko itu. Namun mereka sudah seperti beli kepala, wisatawan itu wajib masuk toko itu. Seperti dipaksa belanja di sana. Mereka masuk, kemudian membeli barang – barang berbahan Latex, seperti kasur, sofa, bantal dan lainnya.
Mereka dalam lima hari empat malam, selama empat hari hanya masuk toko – toko milik orang Tiongkok juga. Bahkan diduga pembayarannya juga dengan wechat (pola Tiongkok) dengan sistem barcode. Atas kondisi ini citra pariwisata Bali jelek di Tiongkok, dianggap Bali hanya punya toko – toko untuk berwisata.
Atas kondisi ini Gubernur Bali Wayan Koster memastikan ini masalah serius. Dan segera akan mengambil tindakan tegas karena sudah merugikan nama Bali di Tiongkok.
Kondisi ini juga sudah dilaporkan ke Konjen Tiongkok yang ada di Denpasar.
Ketua Komite Tiongkok DPP Asita Pusat (Nasional) Hery Sudiarto, bersama Penasehat Komite Tiongkok DPP Asita Asman dan Chandra Salim, bahwa mereka sudah melaporkan masalah – masalah ini ke Konjen Tiongkok di Bali.
Namun sayang Konjen Mr. Gou Hao Dong sedang cuti, karena ada acara. Yang menerima hanya Wakil Konjen Tiongkok di Denpasar Mr. Chen Wei.
(bx/art/yes/JPR)
0 Komentar