Gara-gara Kera, Suku di Libya Bentrok, 16 Tewas


Seekor kera jahil mencopot jilbab seorang gadis dan memicu bentrokan yang mematikan di antara para pejuang suku bersenjatakan mortir di Libya sehingga 16 orang tewas dan puluhan orang terluka.

Tank, mortir, dan senjata berat lainnya digunakan selama bentrokan bersenjata di kota Sabha, Libya, seperti dilaporkan Daily Mirror, Minggu (20/11/2016).

Kera itu, milik seorang penjaga toko dari kelompok Gaddadfa, dilaporkan menyerang sebuah kerumunan anak perempuan sebuah sekolah yang sedang melintas dekat toko di Sabha.

Binatang itu menarik jilbab salah seorang murid perempuan dari suku Awlad Suleiman hingga copot yang membuat pejuang suku mengamuk.

Mereka pun menyerang komunitas Gaddadfa hingga tiga orang tewas, termasuk kera usil tadi.

Seorang warga lokal mengatakan, "Terjadi eskalasi serangan pada hari kedua dan ketiga, yakni diwarnai dengan penggunaan tank, mortir, dan senjata berat lainnya”.

"Serangan terjadi secara sporadis, dan seluruh kegiatan terhenti di daerah-daerah yang menjadi titik bentrokan tersebut.

Seperti di bagian lain Libya, Sabha telah berulang kali didera konflik sejak demonstrasi massa yang berakhir dengan penggulingan Moammar Khadafy pada 2011.

Di wilayah Sabha, yang menjadi simpul migran dan perdagangan senjata, konflik semakin meningkat oleh penyalahgunaan milisi dan memburuknya kondisi kehidupan warga.

Suku Gaddadfa dan Awlad Suleiman mewakili faksi-faksi bersenjata paling kuat di wilayah Sabha.

Akibat bentrokan terbaru, upaya yang sejak awal dilakukan para pemimpin suku untuk meredakan pertempuran dan mewujudkan gencatan senjata antarkedua kelompok pun gagal.

Pusat Medis Sabha Medical telah menerima setidaknya 16 mayat akibat bentrokan terbaru yang dipicu oleh kejahilan seekor kera tersebut.

Seorang juru bicara mengatakan, "Ada perempuan dan anak-anak di antara yang terluka, dan beberapa pejuang asing dari negara-negara sub-sahara Afrika tewas akibat penembakan yang membabi buta."

Kota Sabha terletak sekitar 410 mil (659,8 km) di selatan Tripoli. (kompas.com)

Posting Komentar

0 Komentar