Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan terjadi retakan tanah di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, hingga menyebabkan 285 jiwa mengungsi ke tempat lebih aman.
"Kami menerima informasi hari ini dari Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ponorogo dan Provinsi ada retakan baru di Desa Dayakan," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Kamis (6/4/2017).
Gus Ipul, sapaan akrabnya, menjelaskan kondisi retakan di bukit lebarnya satu meter dengan kedalaman 300 meter, sedangkan ketinggian bukit sendiri mencapai 300 meter.
Adanya retakan membuat masyarakat terdampak yang jumlahnya 56 kepala keluarga dengan 285 jiwa harus mengungsi. "Apalagi belum lama ini terjadi longsor di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Ponorogo," katanya dikutip situs pemprov jatim.
Desa Dayakan, Kecamatan Badegan ini terletak sekitar 22 kilometer dari barat pusat kota Ponorogo, Jawa Timur. Wilayah tersebut berbatasan dengan Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sedangkan lokasi bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, yakni sekitar 33 kilometer (KM) timur kota Ponorogo.
Sebagian netizen menghubungkan fenomena tersebut dengan Ramalan Jayabaya tentang terbelahnya Pulau Jawa.
Ramalan Jayabaya atau lebih tepatnya disebut Jangka Jayabaya adalah tradisi Jawa yang secara turun temurun dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan yang disebut-sebut akan membuat pulau Jawa terbelah itu terdapat dalam bait ke 164 yang berbunyi :
Putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawuhiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti mumpuni sakabehing laku nugel tanah Jawa kaping pindho ngerahake jin setan kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyokinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula wedalan dhepe triniji suci bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong.
Diartikan sebagai berikut :
Putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti menguasai seluruh ajaran (ngelmu) memotong tanah Jawa kedua kali mengerahkan jin dan setan seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda tajamnya tritunggal nan suci benar, lurus, jujur didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong.
Kemudian banyak kalangan yang memaknai kalimat " Memotong tanah jawa kedua kali " seperti ini :
Dulu Jawa sudah pernah terbelah sekali. Yaitu saat Jawa dan Sumatera pernah bersatu di ujung kulon kemudian letusan maha dahsyat gunung Krakatau memisahkannya menjadi dua pulau yang terpisah oleh selat Sunda. Berpijak pada kalimat Jangka Jayabaya kelak Pulau Jawa akan terpotong lagi dan itulah yang jadi peristiwa kedua.
Wallau 'alam.
0 Komentar