Cuitan pendukung Jokowi tahun 2014 yang menyebutkan "Islam Gak Bakal Kami Beri Ruang" menjadi trending kembali. Kalimat yang awalnya dianggap ancaman kosong belaka, ternyata kini semakin nyata.
Akun @JasmevNew2014 pada awal kalimat mengeluhkan akun @pkspiyungan yang selalu memojokkan Jokowi. Tapi, entah dapat bisikan darimana, pada akhir kalimat, akun pendukung Jokowi tersebut malah membawa-bawa masalah yang menjurus ke SARA.
Terbitnya Perppu Ormas adalah salah satu bukti nyata ramalan akun @Jasmevnew2014.
Amien Rais menyebutkan terbitnya Perppu Ormas ini sangat fatal. Perancang Perppu ini adalah orang yang mengidap Islamophobia. Jelas program pertama (membubarkan) HTI. Siapa tahu kemudian FPI, kemudian menyusul yang lain-lain.
Baca : SURAT TERBUKA WARGA BATAK KRISTEN INI MEMBONGKAR KEDOK LUHUT PANJAITAN!
Sementara itu menurut Yusril Ihza Mahendra, "Ketentuan seperti ini sepanjang sejarah hukum di negeri kita sejak zaman penjajahan Belanda sampai zaman Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi belum pernah ada, kecuali di zaman Presiden Jokowi ini," kata Yusril dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Jumat (14/7/2017).
Ketentuan pidana diatur dalam Pasal 82A Ayat (2) dan Ayat (3) Perppu 2/2017. Sanksi pidana dapat dikenakan kepada setiap orang yang menjadi anggota dan atau pengurus ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung menganut paham yang bertentangan dengan Pancasila.
Hukuman pidananya mulai dari seumur hidup atau pidana penjara penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun.
Bukan hanya Perppu Ormas, kedepannya pemerintah juga bakal menyorot penuh materi ustad-ustad dalam berceramah.
“Pemerintah (diminta, red) lebih proaktif untuk menata penceramah mubalig, dai, yang terkadang dalam ceramahnya itu mungkin lebih banyak guyonnya,” kata Lukman di Unit Pencetakan Alquran (UPQ) Ciawi, Bogor, seperti dikutip dari Metropolitan.
Dalam laporan publik itu, kata Lukman, banyak yang menganggap ceramah bercampur guyon itu kurang pantas.
Ternyata, apa yang kita anggap angin lalu, menjelma menjadi badai besar.
0 Komentar