Serangan mortir besar-besaran diluncurkan dari Gaza, Palestina, ke wilayah Israel, Selasa (29/5/2018) pagi. Serbuan sekitar ratusan roket membuat para warga Israel panik dan berlari ke shelter bom.
Pemerintah negara Yahudi itu menyatakan serangan mortir hari ini merupakan yang terbesar sejak Operation Protective Edge atau Perang Gaza 2014.
Kelompok Jihad Islam Palestina menyambut serangan mortir besar-besaran. Namun, kelompok ini menahan diri untuk tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"Serangan itu adalah pembalasan yang diberkati," kata kelompok Jihad Islam Palestina melalui seorang juru bicara. "Darah rakyat kita tidak murah dan Israel tidak bisa terus menumpahkannya tanpa perlawanan. Doakan perjuangan kami"
Sebuah acara yang direncanakan akan berlangsung di Dewan Regional Eshkol dibatalkan setelah rentetan salvo roket dan mortir.
Meirav Cohen, seorang warga kibbutz yang terkena salah satu mortir, mengatakan bahwa alarm Code Red terdengar ketika dia mulai membuat sandwich untuk putrinya yang akan dibawa ke sekolah.
"Saya membangunkan putri saya, dan tiba-tiba Code Red terdengar. Saya berlari untuk membangunkan anak-anak saya yang lain, yang masih tidur, dan kami semua pergi ke tempat shelter bom," katanya.
"Kami menyadari itu adalah peristiwa nyata, (mortir) berat terdengar jatuh," ujarnya.
Meski pemerintah Israel menyatakan tak ada korban dalam serangan mortir besar-besaran dari Gaza, para warga yang panik mengaku terganggu dan berbondong-bondong ke pusat-pusat darurat. (snd)
0 Komentar