Ajakan Pak Guru di Lombok : Media Tidak Peduli, Kita Harus Berteriak!



Korban gempa Lombok khususnya Lombok Utara benar-benar semakin melemah sekarang. Lemah dalam arti segalanya. Lemah fisik karena kekurangan logistik. Lemah juga dalam posisi. Terabaikan. Terjepit oleh dua pemberitaan besar: Pilpres dan Asean Games.

Lombok sekarang timbul tenggelam dalam pemberitaan media. Membuat orang mengira Lombok sudah tertangani dengan baik.

Padahal sampai sekarang kebutuhan yang paling vital seperti air bersih, terpal, sembako sampai BBM-pun belum bisa diatasi pemerintah.

Di sana sini orang masih berteriak kehausan. Kedinginan karena tidak ada terpal untuk membuat tenda. Kelapran karena krisis beras. Kemarin teman dari desa Rempek, kecamatan Gangga mengatakan mereka terpaksa makan satu kali sehari untuk menghemat persediaan beras.

Sumber air di Lombok Utara banyak, tinggal menyediakan tandon air lalu diisi oleh mobil tanki secara berkala. Sumber air di Lombok Utara banyak, tinggal memerintahkan TNI-Polri bersama warga memperbaiki saluran air bersihyang porak-poranda.

Warga Lombok Utara itu sedikit. Hanya 5 kecamatan dengan penduduk yang jarang-jarang. Tidak terlalu susah memberikan mereka makan dan membagikan mereka terpal untuk membuat tenda.

Tapi toh hal sesederhana itu belum mampu dilakukan pemerintah. Sialnya lagi, pemberitaan derita korban gempa Lombok sekarang semakin meredup. Tertutup oleh hingar bingarnya pemberitaan Pilpres, semaraknya Asean Games.

Meski demikian. Kita tidak boleh menyerah. Kita harus melawan. Kita harus berteriak, selemah apapun suara kita. Masyarakat Indonesia itu sangat baik. Sangat peduli. Menolong daerah yang sedang ditimpa bencana sudah menjadi budaya.

Perusahaan-perusahaan swasta, BUMN, LSM, mahasiswa, ibu-ibu arisan, buruh migran, TKI, kelompok pemuda, komunitas-komunitas, individu-individu sampai murid-murid di sekolah sudah sangat terbiasa menggalang aksi solidaritas setiap ada bencana.

Sekarang tugas kita bersama untuk membuat mereka tahu keadaan kita di sini. Yang kelaparan, kehausan, dan kedinginan. Yang hancur karena gempa. Yang melarat karena mandegnya roda ekonomi.

Suara kita memang semakin melemah dan parau. Terlebih setelah media berpaling. Tapi kita tidak boleh menyerah. Masih ada Medsos. Bersuaralah. Berteriaklah. Berceritalah. Biar orang luar tahu keadaan kita. *LBS*

Posting Komentar

0 Komentar