Blunder Jokowi Diungkap, Kekalahan di Depan Mata!


EUFORIA Ustad Abdul Somad (UAS) yang didesak dan dipaksa maju mendampingi Prabowo, rupanya dibaca dan disikapi tim koalisi pemenangan jokowi secara salah. Blunder dengan Ikut-ikutan terpancing memasang KH. Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya.


Fenomena UAS sangat berbeda dengan sikap politik Jokowi tersebut. UAS merupakan hasil dari ijtima ulama yang rindu dan ingin menegakkan kemuliaan agama. Para ulama yang direkomendasikan pra dan pasca ijtima menunjukkan sikap yang tawaduk, jauh dari hasrat dan cakar-cakaran untuk berkuasa. Saling mengelak dan dorong satu sama lainnya. Wajar saja publik bersimpati.


Saat UAS tetap menolak dicalonkan dan para ulama mendesak Prabowo untuk memilih ulama, apa yang dikatakan oleh Prabowo: "Bisa saja mengambil ulama.. tapi saya tau disana sudah ada ayahanda Ma'aruf Amin.. jadi lebih baik saya tidak maju jika ummat Islam harus terbelah.. bukan saya tidak menghormati Ijtima.. tapi saya ingin Indonesia satu.."


Sikap negarawan Prabowo melumerkan hati para ulama dan elit partai koalisi, yang pada akhirnya legowo menerima Sandi Sholahuddin Uno sebagai cawapres Prabowo.


Sebelum deklarasi pun Habib Rizieq Shihab telah menelepon Prabowo, karena mendengar nama Mahfud MD dibatalkan, diganti Ma'aruf Amin. Justru HRS minta agar cawapres PS jangan dari kalangan ulama. Dikuatirkan akan terjadi gesekan umat Islam. Dan minta Uno mendampingi Prabowo. Ia dianggap mampu menangani ekonomi negeri yg morat marit. Saran dan nasihat HRS ini juga yang makin memudahkan koalisi.

Dari gambaran di atas, jelas sangat bertolak belakang dengan sikap politik ditunjukan Jokowi dalam konstelasi pencapresannya. Publik membaca penuh hipokrisi. Mahfud ditendang, Maruf Amin disorong.

Semata demi meng-counter eskalasi opini positif publik atas ijtima ulama yang merekomendasikan Prabowo berpasangan dengan ulama. Kesannya mengejar kemenangan belaka. [***]


Martimus Amin
The Indonesian Reform

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Banyak sekali ceritera.para kampret, yang nggak masuk akal tapi demi masa depan yang mungkin lebih indah, membohongi publik adalah pekerjaan ringan.

    BalasHapus