Ternyata adik, keponakan serta ipar saya sempat terjebak gempa tadi malam. Sekitar jam 11 malam keponakan umur 3 tahun minta diantar ibunya kencing ke kamar mandi. Sebelumnya semua anggotan keluarga saya di Sambalia itu berada di tenda luar rumah. Saat di kamar mandi itulah gempa datang mengguncang.
Tanpa fikir panjang. Adik bungsu saya langsung meloncat ke dalam rumah. Ingin menyelamatkan keponakan dan ibunya. Sepersekian detik tembok bagian depan rumah ambruk. Setelah dilintasi adik saya.
Mereka tidak berani keluar. Terjebak di dalam. Bersembunyi di bawah kolong2 tempat memasak di dapur. Menunggu gempa yang lama itu reda.
Gempa tadi malam memang mengerikan. Listrik langsung mati. Sinyal hp hilang. Tembok ambruk di mana2 (di desa kami kebanyakan tembok pekarangan yang roboh). Debu membumbung dari reruntuhan tembok. Jerit tangis anak2 dan wanita terdengar dimana2.
Setelah reda. Dan mendapat kabar kalau pusat gempa di kecamatan sebelah. Kecamatan tempat tinggal orang tua saya. Saya berusaha menghubungi. Telpon tidak bisa. Medsos apalagi. Untunglah SMS masih bisa. Walau harus diulang berpuluh2 kali. Keluarga di Sambelia selamat. Tapi mereka tidak menceritakan bahwa ada keluarga yang sempat terjebak dalam rumah. Baru pagi ini saya tahu.
Saya juga terus memperhatikan raungan sirene ambulance dari tadi malam. Alhamdulillaah. Hanya satu dua. Tidak seperti gempa pertama. Asumsi saya, jika sedikit ambulance yang lalu lalang. Berarti sedikit juga korban. Untuk mencari informasi langsung tidak bisa. Gelap dan komunikasi terputus. Suara sirene ambulance itu satu2nya yang bisa sedikit menceritakan keadaan d sana.
Gempa kali ini memang lebih besar. Tapi saya yakin. 99% warga desa Sugian kec. Sambelia Lombok Timur tidur ditenda-tenda luar rumah. Mungkin itu sebabnya gempa kali ini tidak terlalu diramaikan lalu lalang mobil ambulance.
Lukman
0 Komentar