Pagi ini siswa-siswi SDN 3 Sambik Elen Kecamatan Bayan, Lombok Utara memanjatkan do’a bersama dan mengumpulkan sumbangan untuk korban gempa di Sulawesi Tengah. Tidak banyak memang.
Karena kami sekolah kecil di pelosok. Jumlah siswa tidak lebih dari 100 orang. Tapi luar biasa semangat mereka. Hampir seluruhnya menyumbang. Hanya 2 atau 3 orang saja yang tidak. Karena uang belanjanya sudah habis atau tidak membawa uang belanja.
Padahal keadaan mereka juga memprihatinkan. Masih tinggal di tenda. Dan banyak diantara mereka rumahnya telah rata denga tanah. Tinggal puing-puing dan pondasi saja.
Inginnya sumbangan itu saya kirim langsung ke korban. Sayang saya tidak punya teman di Donggala, Palu atau Sigi. Tidak apa, sumbangan itu sekarang sudah saya kirimkan melalui ACT (Aksi Cepat Tanggap). Yang kebetulan saya lihat sendiri bagaimana aksi mereka di Lombok. Bagaimana beberapa jam setelah gempa dan tsunami di Sulawesi, mereka telah eksis di sana.
Begitulah hendaknya. Kita harus gotong royong meringankan penderitaan saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah. Sekecil apapun kontribusi itu. Percayalah itu akan sangat berarti.
Saya yakin pemerintah juga akan all out membantu mereka. Tapi percayalah kemampuan pemerintah terbatas. Keterbatasannya bukan secara finansial tapi lebih pada kemampuan menyusun program yang efektip dan kemampuan menggerakkan birokrasi secara cepat.
Kami di Lombok telah menyaksikannya. Lombok yang mungil. Lombok yang gempanya lebih kecil. Tidak bisa tertangani dengan baik. Kedinginan, kelaparan, kehausan masih menjadi penderitaan masyarakat Lombok sampai saat ini.
Saluran air bersih belum pulih, air bersih harus dibeli, masyarakat masih berteriak meminta bantuan pipa. Tidak ada bantuan pangan, jaminan hidup yang dijanjikan entah kapan cairnya, masih terbelit birokrasi nan rumit. Tidak ada Huntara tidak ada terpal, rumah yang dijanjikanpun entah kapan akan terwujud. Setelah dua bulan.
Oleh sebab itu. Mari kita berbuat sesuatu untuk saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah. Jangan terbuai melihat bantuan pemerintah yang mengalir ke sana. TNI mengirim ini, kemensos mengirim itu, BNPB akan begini, Kemenkeu akan akan begitu. Kemenkes mengirimkan tim. Wapres menyatakan akan memberi semua kebutuhan korban gempa.
Percayalah. Semua bantuan yang tampak gegap gempita itu kelak akan “tenggelam” di sana. Luasnya wilayah, dahsyatnya bencana, banyaknya korban yang membutuhkan, membuat bantuan itu tidak memadai. Kami di Lombok telah merasakannya.
Selain mengajak siswa-siswi, rekan-rekan guru dan masyarakat untuk memberikan bantuan. Saya pribadi telah berjanji pada diri sendiri, selama 6 bulan ke depan Insyaalloh akan menyisihkan setiap rizki yang saya dapat untuk masyarakat di sana. Sekecil apapun itu.
Cukup Lombok yang tidak bisa dijangkau bantuan secara merata. Jangan kita biarkan itu terjadi lagi pada saudara-saudara kita di Sulawesi.
Tidak penting besarnya jumlah sumbangan. Yang paling penting adalah berapa banyak dari kita yang peduli dengan mereka. Bersama-sama kita berbuat. Membantu korban, membantu pemerintah. Mendukung relawan, yayasan-yayasan dan lembaga yang terjun di sana.
Mari saudaraku. Kita bangsa yang besar. Kita tidak seperti Kongo, Somalia, Nigeria, atau Ethiopia. Tidak pantas ada diantara kita yang kedinginan, kelaparan dan kehausan berkepanjangan setelah bencana melanda.
*LBS*
0 Komentar