Sukmawati Soekarnoputri mengaku kesal dengan suara muazin dari pengeras suara masjid. Suaranya yang tidak selalu merdu sudah menancap dalam alam bawah sadarnya.
Dia meminta seharusnya setiap masjid mampu memilih dan menyeleksi para pelantun kalimat sakral dan suci tersebut.
"Kalau terpilih dan terseleksi seperti lomba Tilawatil Quran untuk memilih suara merdu, itu pun masjid-masjid juga ada seleksi suara merdu untuk melantunkan memanggil salat, alangkah indahnya. Jadi jangan sembarangan. Kenapa enggak memilih yang bagus suaranya, kan ada waktu. Bukan kalimat azan itu sendiri," katanya, Kamis (18/10/2018).
Putri dari presiden pertama Indonesia itu meyakini semua orang sepakat tidak semua muazin melantunkan azan dengan merdu. Dalam rekaman otaknya, seorang sinden suaranya merdu.
"Masa saya enggak boleh membandingkan?" tegasnya.
Dalam puisinya yang kontroversial berjudul "Ibu Indonesia", Sukmawati menampik dirinya disebut penista agama Islam. Dia merasa orang-orang tak setuju pada dirinya membuat Sukma seolah-olah penyudut agama Islam yang dihormatinya.
"Seperti syariat Islam ada yang enggak tahu, kenapa dicaci maki dan dihujat. Kita punya daerah yang penganutnya non-Islam. Hormati loh orang yang enggak tahu Islam," jelasnya.
Perempuan dengan nama lengkap Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri menuturkan kalimat pembuka dalam puisinya diberi kunci tentang sebuah suara, bukan azan yang dia kritisi. Namun pelantunnya yang dia bandingkan dengan lebih merdunya suara sinden.
Juga tentang konde dan cadar. Sebagai Ibu Indonesia dan nenek Indonesia, Sukmawati bangga dengan kebudayaan asli bangsa nenek moyangnya.
Menurut Sukmawati, foto zaman dulu tidak ada yang berjilbab dan bercadar. Mulai abad 21, jilbab dan cadar lebih gencar dan semarak.
"Kalau ada bukti relief, foto zaman dulu, enggak ada yang tertutup. Kita punya kreativitas, kalau saya bangga akan kreativitas enggak ada salahnya. Cadar itu budaya arab, timur tengah. Ini wawasan untuk generasi yang enggak tahu budaya asing dan Indonesia asli, wawasan buat mereka," tuturnya. (ayobandung)
0 Komentar