Kakek saya Almarhum Baleo Sutan cuma Ustadz Kampung dan punya Pesantren kecil yang kemudian diserahkan kepada Negara dan jadi cikal bakal MTsN dan MAN Nagasaribu.
Bila dibandingkan dengan Bung Hatta, tentu saja kakek saya Almarhum bukan siapa-siapa. Nama beliau tidak pernah tertulis dibuku sejarah.
Saya bahkan yakin dari ribuan alumni Sekolah Wakaf beliau, mayoritas tidak pernah tahu siapa dia. Padahal kuburan beliau hanya berjarak dua puluhan meter dibelakang Mushola yang sekarang sudah tidak terpakai.
Setahun yang lalu saya ziarah kesana, jalan setapak ke Kuburan beliau penuh dengan ilalang dan belitan rumput malu.
Mungkin saja sudah lama dan jarang ada orang yang datang, karena nama beliau sudah mulai terlupakan.
Begitupun dikeseharian saya dan semua cucu-cucu beliau, nama Baleo Sutan tetap kami jaga dan tempatkan diatas kepala.
Sejak kecil dulu kalau berucap atau bertindak yang menyalah, kami selalu diingatkan orang-orang tua kami, "Jaga sikap dan ucapan karena kamu cucu Baleo Sutan".
Sampai sekarang hal yang sama jadi terbiasa saya ingatkan ke anak-anak :
"Jaga ucapan dan tindakan karena kalian keturunan Baleo Sutan".
Jadi ketika kemarin ramai berita ada keturunan Bung Hatta yang ngomong seperti tidak pernah Sekolah, menganjeng-anjengkan Sepupu Sandi hanya karena konon tidak terima Sepupu Sandi dimirip-miripkan dengan kakeknya, jujur saya kecewa.
Sebagai keturunan Bung Hatta , boleh saja dia tidak suka Sepupu Sandi yang rajin puasa sunnah dan ahli sedekah dikatakan mirip dengan Kakeknya.
Si Cucu Bung Hatta mungkin lebih menerima Kakeknya dimirip-miripkan dengan Guntur Romli, Itu hak dia.
Tapi menggunakan kata "anjeng" adalah bukti tidak bermoral dan kedurhakaan si Cucu yang tidak mampu menjaga nama baik Bung Hatta.
Bung Hatta adalah tokoh bangsa, suka tidak suka sosok beliau sudah menjadi milik semua orang Indonesia.
Sama dengan semua rakyat Indonesia yang juga suka tidak suka harus menerima kalau misalnya ada nama jalan di Kota-kota mereka bernama Sukarno-Hatta.
Padahal jangankan membangun, Bung Karno dan Bung Hatta saja seumur-umur hidup tidak pernah menginjakkan kaki ke Kota itu.
Jadi seharusnya tidak ada yang salah kalau ada sekelompok orang menyamakan tokoh idolanya dengan idola yang lain.
Kenapa si Cucu Bung Hatta jadi bego ya?
Terakhir seperti kata kawan-kawan, Nabi Nuh saja anak-nya bisa durhaka. Apalagi cuma cucu seorang Pahlawan Bangsa yang bukan siapa-siapa dan mungkin saja salah jalan, salah pergaulan dan salah pendidikan.
Atau mungkin mereka lupa, masih banyak kakek-kakek orang lain yang jadi Pahlawan tidak dikenal dan tanpa tanda jasa, tapi kami tidak akan pernah menganjeng-anjengkan orang lain yang bisa saja justru lebih mulia.
Salam Jum'at Berkah...
(azwar siregar)
#TirikYaluk
0 Komentar