Hasil kajian Tim 9, terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB), mengemukakan potensi ancaman gempa Megathrust di Pulau Siberut, Mentawai, Sumatera Barat.
Potensi ancaman pergerakan seismic gap itu ialah gempa berkekuatan 8,9 skala Richter dan tsunami yang bisa menghantam hingga ketinggian 6 meter dan sejauh 2 kilometer.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rahmat Triyono mengatakan, hasil kajian yang dirilis pada delapan tahun silam itu masih bisa dijadikan rujukan hingga saat ini. Hasil itu juga telah ditindaklanjuti oleh pemerintah pusat dan daerah dengan sejumlah langkah mitigasi.
Rahmat pun mengingatkan bahwa potensi gempa dan tsunami tersebar di berbagai titik di Indonesia. Selain hasil kajian, kata dia, sudah ada pula peta rawan gempa dan rawan tsunami. Dia mengatakan peta tersebut juga sudah bisa menjadi rujukan mitigasi. "Upaya mitigasi jangan cuma di Mentawai aja. Daerah lain juga harus siap," kata Rahmat.
Rahmat melanjutkan, masyarakat memang mesti terus mengingat informasi tersebut agar waspada. "Masyarakat selalu teringat. Jangan karena 'nyatanya enggak terjadi', terus mengabaikan. Artinya harus selalu waspada," kata dia.
Para ahli telah menghitung siklus gempa besar (megathrust) Mentawai dalam kurun 200-300 tahun.
Pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung Danny Hilman mengatakan, saat ini merupakan masa puncak siklus gempa Mentawai.
"Untuk 30 tahun ke depan, gempa Mentawai bisa terjadi. Itu sudah cukup jelas, sudah banyak makalahnya. Ahli gempa dunia tidak akan ada yang meragukan itu," katanya.
Pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, terdapat potensi gempa dari megathrust lautan barat Sumatera segmen Mentawai-Pulau Siberut bermagnitudo (M) 8,7. Adapun pada segmen Mentawai-Pagai sebesar M=8,9. "Potensi gempa megathrust di Mentawai sudah sangat tinggi secara ilmiah," ujar Danny.
Dari sisi ilmiah, gempa bisa terjadi besok, 10 tahun lagi, atau puluhan tahun kemudian karena alam punya banyak faktor. Dari catatan riwayat kejadian lindu di Indonesia, pelepasan energi gempa Mentawai sudah dimulai sejak 2007 dan 2010.
Pada 2007 gempa Mentawai bermagnitudo 7,7, lalu pada 2010 sebesar M=7,2. "Jadi sebetulnya dengan belum terjadinya magnitudo 9 di megathrust Mentawai, menurut kami seperti sesuatu yang "mistik", kok nggak terjadi," kata Danny.
Sebelumnya, gempa besar di Sumatera yang disertai tsunami terjadi di Aceh pada 2004 berskala magnitudo 9,1-9,3. Tiga bulan berikutnya, kata Danny, giliran Nias yang berada di selatan Aceh diguncang gempa bermagnitudo 8,7 pada 2005.
"Nias sudah lepas. Sejarahnya waktu 1860 juga melepas gempa bermagnitudo 8,7," ujarnya.
Turun lagi ke bawah wilayah lautan barat Sumatera, ada segmen Mentawai dan Enggano.
"Sekarang itu kondisinya Nias bisa dibilang sudah kosong, sisa energinya sudah sedikit. Yang belum itu Mentawai sampai ke selatan," kata Danny. Perhitungannya masih ada potensi gempa bermagnitudo 8,7 atau 8,9.
Pada awal September 2017, gempa Mentawai bermagnitudo 6,2 berasal dari zona megathrust. Sebelumnya diberitakan, lindu itu merusak belasan rumah di Sumatera Barat.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat Ade Edward mengatakan, besaran gempa di zona megathrust Mentawai merangkak naik dari magnitudo 5 ke 6 dalam dua tahun ini. Masyarakat dan pemerintah diminta mewaspadai ancaman gempa besar Mentawai.
0 Komentar