Di Indonesia, komunitas Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) mendapat berbagai aksi penolakan. Tak terkecuali di Bontang, Wali Kota Neni Moerniaeni menolak keras masuknya komunitas LGBT di Bontang. Bahkan, Neni siap melakukan tindakan tegas jika komunitas LGBT terdeteksi di Kota Taman.
"LGBT ini merupakan penyakit sosial masyarakat yang harus diperangi dan dicegah, bukan hanya sebuah slogan tetapi memang harus turun ke masyarakat," jelas Neni, Jumat (19/10) kemarin.
Menurutnya, pemerintah tak bisa hanya berdiam diri. Harus ada gerakan turun ke sekolah-sekolah dan meminta para LSM serta dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), para ulama, dan lainnya agar gencar melakukan dakwah bahaya penyimpangan seksual.
Mengingat mudahnya orang mengakses informasi terkait LGBT melalui dunia maya.
"Mereka (LGBT, Red.) itu melanggar norma agama dan budaya, tetapi sekarang mudah dilihat dan ditiru aktivitasnya melalui dunia maya," ujarnya.
Oleh karena itu, Neni melalui Pemkot Bontang mengimbau para pegiat organisasi seperti LSM, BKPRMI, dan masyarakat untuk bersama memerangi aktivitas LGBT.
Walaupun, lanjut Neni, sedang ada upaya memasukan aturan LGBT dalam KUHP.
"Tetapi mudah-mudahan tidak disetujui karena sangat meresahkan," ujarnya.
Neni menyampaikan, jika memang di Bontang ada yang berani membuat acara bertema LGBT maka akan langsung diamankan. "Kalau ada yang berani buat acara LGBT, saya minta polisi tangkapin," tegasnya.
Kata dia, dampak negatif dari perilaku LGBT juga sangat luar biasa. Di mana dengan penyimpangan seksual, LGBT ini rentan terkena penyakit mematikan seperti penyebaran virus HIV dan AIDS.
"Mereka sangat mudah tertular, makanya meski di Bontang ada dan tidak terang-terangan, saya harap pelaku LGBT bisa dibina spiritualnya. Harus diberikan pendampingan sosial dan penguatan iman, karena fenomena LGBT seperti gunung es yang terlihat kecil padahal di bawahnya sangat banyak," tukasnya. (mga)
0 Komentar