Said Didu : Esemka yang Palsu Dipuja, Dahlan Iskan Bikin Mobil Listrik Malah Dipenjara


Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu menilai sudah saatnya Indonesia serius merancang mobil listrik sebagai konsep baru mobil nasional (mobnas). Hanya saja, rancangan mobil nasional jangan sampai dipolitisasi.

"Saya menyatakan bahwa jangan lagi mengulangi sejarah mobnas sebagai pencitraan. Saya setuju kita rancang new konsep mobil nasional yang berbasis pada kandungan lokal dan engineering lokal pula," ungkapnya di sela diskusi di Prabowo-Sandi Media Center, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Said Didu mengusulkan bahwa pembangunan industri mobil listrik harus memperhatikan anatomi industri mobil saat ini mengingat anatominya sudah jauh berbeda dibandingkan kondisi tahun 1980-an.

Karena itu, ke depan, industri mobil listrik harus belajar pada pengembangan industri pesawat udara. Indonesia, katanya, bisa menyusun paten desain, lalu memasukkan komponen-komponen dengan mengajak pihak pihak yang memiliki kecapakan dan paten di komponen-komponen mobil.

Kurangi Impor, Prabowo akan Naikkan Pajak Mobil
"Jadi mobil itu kan ada teknologi utama adalah mesin, chasis, body, penggerak, interior. Ini yang paling berat hanya dua, chasis dan penggerak. Yang lain bisa dibikin sendiri. Nah supaya lebih cepat maka cari industri mobil yang sudah menguasai ini yang bisa diajak ikut membentuk mobil nasional," katanya.

Demikian pula dengan layanan pascajual atau after sales service usai proses produksi dan distribusi. Dengan melibatkan industri yang telah mapan, maka akan ada angka yang didapat lebih murah.

"Dan juga orang langsung familiar. Saya pikir lebih bagus ajak yang punya teknologi yang industrinya sudah ada di Indonesia. Yang sudah menguasai pasar Indonesia untuk diajak mendesain bersama," urainya.

"Seperti halnya Boeing, kan enggak pernah bikin mesin, macam-macam kan. Airbus juga begitu. Jadi seperti model bikin industri pesawat Sekarang. Ini penting karena kalau kita membentuk betul-betul yang baru, maka problemnya adalah after sales service. Itu berat banget," paparnya.

Di sisi lain, dia mewanti-wanti agar Indonesia tidak lagi terjerumus pada kriminalisasi atas suatu program yang strategis. Dia mengambil contoh kasus mobil listrik yang melibatkan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

"Saya ingatkan, kriminalisasi program bagus di Indonesia sering terjadi. Kita ingat Dahlan Iskan. Padahal itu program nasional mobil listrik. Dicari-cari alasannya sehingga dianggap itu ada kasus hukum," katanya.

Said Didu menyesalkan kejadian itu. Apalagi, sejumlah pakar yang memiliki banyak ilmu dan pengalaman di bidang mobil listrik juga menjadi korban kriminalisasi.

"Dia [yang nangkap] tidak sadar bahwa sudah termanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Ahli-ahli mobil listrik yang tadinya kerja di Jepang, Sekarang kan dipenjara. Tega bikin orang seperti itu. Pokoknya di negara ini kalau kita punya program bagus malah dikriminalisasi," sesalnya.

Belakangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memimpikan Indonesia yang hijau, sekaligus menekan impor BBM yang kian membengkak. Solusi yang ada di kepala Presiden ialah dengan mencontoh negara-negara maju: Indonesia harus kebut mobil listrik.

Keinginan ini disampaikan Jokowi ketika memimpin rapat terbatas dengan topik percepatan program kendaraan bermotor listrik di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/1/2019). Kali ini, Said Didu mendukung mimpi Jokowi.

"Itu oke saja, dilanjutkan saja," katanya. "Saya setuju, itu bagus dan lanjutkan saja," dia kembali menegaskan.

Dia menyampaikan banyak hal secara filosofis terkait mobil listrik sebelumnya. Namun ditegaskan bahwa Said Didu tidak pilih-pilih siapa yang akan mengerjakan proyek mobil listrik.

"Saya tidak menyatakan siapa yang akan melaksanakan. Berhentilah menyatakan bahwa ini pekerjaan pemerintah sekarang, ini pemerintah ini itu. Tema itu membikin tegang terus negara," imbuhnya.

"Seakan-akan semua pekerjaan negara ini pemerintah tidak berkesinambungan. Jadi kalau ada pemerintahan Jokowi bagus, lanjutkan dan akui bahwa ini melanjutkan pekerjaannya sebelumnya. Jangan seperti sekarang seakan-akan pekerjaan sebelumnya salah semua," lanjutnya.

(tas)

Posting Komentar

0 Komentar