Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan, TNI berperan penting di ASEAN. Bahkan, kekalahan Amerika Serikat di perang Vietnam karena adanya campur tangan TNI.
"Yang mengalahkan kecanggihan alat perang AS di Vietnam adalah TNI. Indonesia punya militer yang sangat disegani dan punya peranan penting dalam menjaga kedamaian dunia," ujar pria yang mendapat julukan Mad Dog dari media itu, di hadapan anggota Komite Angkatan Bersenjata DPR AS, Senin (12/06/2017),
Perang Vietnam berlangsung selama delapan tahun. Menguras tenaga, darah dan dana miliaran dolar. Di akhir perang, tentara AS meninggalkan Vietnam dengan kekalahan. Mereka gagal menaklukkan gerilyawan Vietkong dan North Vietnam Army (NVA), tentara reguler Vietnam Utara.
Sekitar 58.000 tentara AS tewas dalam perang Vietnam. 1.000 Tentara hilang dan 150.000 terluka dalam perang yang melibatkan AS sejak tahun 1965 hingga 1973 ini.
Salah satu penyebab Vietkong dan NVA berhasil mempecundangi tentara AS adalah karena meniru perang kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1949. Siasat perang gerilya semesta TNI ditiru oleh Vietkong. Para komandan Vietkong mempelajari taktik perang gerilya ini lewat buku 'Pokok-pokok Perang Gerilya' yang ditulis Jenderal AH Nasution.
Vietkong tidak melakukan perang frontal dengan tentara AS. Mereka bertahan di hutan dan pegunungan. Mengepung wilayah perkotaan yang dikuasai tentara AS. Siasat yang sama dijalankan Jenderal Sudirman dan Kolonel AH Nasution saat menghadapi Agresi Militer Belanda II tahun 1949.
Vietkong berperang dengan kesabaran. Menyerang patroli-patroli tentara AS, menyerang pos-pos militer, hingga menanam ranjau di hutan. Mental tentara AS benar-benar diuji harus berperang bertahun-tahun dalam hutan. Vietkong sukses mengubah hutan Vietnam menjadi neraka hijau.
Dalam buku 'Pokok-pokok Perang Gerilya', Nasution menuliskan secara lengkap strategi perang gerilya, tantangan, hingga pemerintahan darurat gerilya. Buku ini diakui sebagai buku terbaik soal gerilya. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat ikut-ikutan mempelajarinya.
"Buku itu mengajarkan inti perang gerilya. Intinya bagaimana yang tidak punya kekuatan, senjata dan lemah menghancurkan kekuatan yang kuat dan memiliki persenjataan lengkap," ujar Mayjen (Purn) Tb Hasanuddin.
"Yang digunakan adalah sistem perlawanan berlanjut. Kalau tidak cukup setahun, sepuluh tahun, kalau perlu selamanya. Sampai musuh yang tadinya kuat menjadi lemah, dan kita yang menjadi kuat. Sesudah itu gantian kita yang melakukan serangan balasan," kata lulusan Akademi Militer ini.
Itu yang dilakukan Vietkong. Secara perlahan mereka berhasil membalikkan keadaan. Berbekal senapan serbu AK-47, Vietkong memeras darah dan keringat tentara AS. Membuat para serdadu yang muda dan tidak berpengalaman itu frustasi dan lari ke narkoba. Berbagai peralatan canggih milik AS tidak berfungsi maksimal dalam hutan Vietnam.
Puncaknya, 29 Maret 1973, pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan. Tak lama kemudian Saigon jatuh ke tangan Tentara Utara. [ren]
0 Komentar