SEBAGAI Staf Khusus Menko Bidang Kemaritiman RI saya sangat menyesalkan tulisan yang berjudul "Surat Terbuka Untuk Luhut B. Pandjaitan" yang merupakan fitnah yang sangat keji terhadap pribadi Luhut B. Pandjaitan (LBP), dan terlebih ditulis oleh seseorang yang identitas aslinya diragukan dengan menyatakan diri sebagai "warga Batak Kristen".
Pertama, tulisan itu diunggah beberapa hari terakhir ini dengan menimbulkan kesan telah diucapkan oleh Pak LBP juga "belum lama ini". Ketika di media sosial terjadi diskursus yang ramai mengenai ucapan seorang pejabat yang menyebut-nyebut soal pribumi, maka seolah-olah apa yang diucapkan oleh Pak LBP itu "menambah minyak di atas api" atau ingin dikesankan bahwa seorang pejabat lain (yaitu LBP) juga tidak mempunyai jiwa kebangsaan dan "ternyata" berwawasan primordial yang mengerikan.
Ternyata tulisan itu sebagian besar dikutip dari sebuah tulisan (anonim juga) yang terjadi sekitar tahun 2014 lalu persisnya menjelang kampanye Pemilu 2014. Tetapi penulis secara tidak kesatria mengaburkan ruang dan waktu peristiwa tersebut seolah-olah terjadi baru-baru ini saja.
Kedua, sebagai orang yang mengikuti dengan setiap hari kegiatan Pak LBP di masa kampanye Pilpres 2014, termasuk di pertemuan yang penulis katakan "sengaja tidak disebutkan". Sebagai bagian dari Tim Sukses Jokowi di bawah bendera "Bravo-5" saya menyimpan catatan lengkap dari setiap pembicaraan atau pidato beliau.
Tidak pernah, dan sekali saya tegaskan, tidak pernah Pak LBP dimanapun mengungkit-ungkit soal kedaerahan atau menyulut soal yang bersifat primordial ke hadapan pihak manapun. Bahwa beliau selalu berusaha meyakinkan audiens agar memilih Pak Jokowi-JK itu wajar dan sah karena kita waktu itu berada di era kampanye.
Saya menantang penulis untuk secara terbuka untuk membandingkan catatan dari "pertemuan" tersebut dengan catatan yang kami miliki.
Ketiga sebagai seorang purnawirawan TNI-AD, sejak diambil sumpahnya menjadi seorang perwira tahun 1970 yang lalu, beliau telah mengucapkan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga yang jiwanya adalah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dan jiwa kesatria. Para perwira TNI tidak pernah mau menghancurkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan Negara kita ini.
Dalam dinamika dan proses promosi di TNI, penghargaan atau juga promosi perwira tidak pernah didasarkan pertimbangan yang bersifat kesukuan atau latar belakang agama. Yang perting, Anda cocok dengan sebuah jabatan dan mampu memenuhi amanat jabatan itu, jadilah dia. Karena itulah sering disebut-sebut bahwa TNI adalah benteng terakhir dari NKRI.
Tambahan info: oleh para kiai di NU, Pak LBP sudah lama dianggap sebagai bagian dari mereka. Dalam banyak kesempatan Pak LBP selalu mengatakan bahwa ia dekat dengan NU karena persahabatanya dengan Gus Dur sejak waktu yang lama. Beberapa tokoh NU seraya bergurau menyebut Pak LBP sebagai "anggota NU faksi Kristen". Bagaimana seseorang yang begitu dekat dengan umat Islam bisa menyebarkan kebencian kepada orang Islam?
Keempat, baik dalam pembicaraan-pembicaraan di ruangan tertutup maupun di arena kampanye beliau tidak pernah menyebut-menyebut nama-nama orang atau secara spresifik menyerang orang per orang, siapapun itu. Anda boleh tanyakan kepada nama-nama yang Anda sebut, apakah mereka pernah mendengar bahwa Pak LBP menfitnah atau menyebut secara negatif nama-nama itu?
Kelima, saya tidak ingin memberi komentar soal Rektor Universitas Nomensen di Medan. Kesan pribadi saya, Anda termasuk yang tidak puas dengan nasib yang menimpa Pak Rektor. Cuma, apa kaitannya dengan substansi tulisan panjang lebar tersebut ya? [***]
Atmadji Sumarkidjo
Penulis adalah Staf Khusus Menko Kemaritiman
0 Komentar