Pemimpin Chechnya : Tidak Ada Gay di Negeri Ini... Di Indonesia, Menteri Agamanya Malah Dukung LGBT



Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov kembali membantah laporan bahwa pria gay ditahan dan disiksa di wilayahnya. Menurutnya, pria gay bukannya tak diizinkan di Chechnya tapi karena memang tidak ada.

”Ini omong kosong,” kata Kadyrov saat ditanya wartawan David Scott dari HBO soal tuduhan adanya kamp penyiksaan terhadap kaum gay di wilayahnya. ”Kami tidak memiliki orang-orang seperti itu di sini. Kami tidak memiliki gay apapun. Jika ada, bawa mereka ke Kanada,” lanjut Kadyrov.

"Puji syukur kepada Tuhan,” papar Kadyrov. ”Bawa mereka jauh dari kita, jadi kita tidak memilikinya di rumah untuk memurnikan darah kita, jika ada di sini, bawa,” papar Kadyrov.

Tuduhan tentang kekerasan yang ditujukan kepada para pria gay di Chechnya pertama kali muncul pada bulan April lalu. Kala itu, surat kabar Novaya Gazeta melaporkan bahwa lebih dari 100 pria gay telah ditahan dan disiksa di kamp konsentrasi mirip kamp era Perang Dunia untuk orang-orang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Menurut surat kabar itu, semula ada kamp penjara di desa Argun dan Tsotsi-Yurt. Laporan berlanjut dengan tuduhan bahwa Chechnya memiliki enam penjara bagi LGBT.

Organisasi hak asasi manusia telah menyatakan bahwa laporan kekarasan anti-LGBT meluas di Chechnya.

Awalnya Kadyrov tertawa terbahak-bahak saat ditanya Scott tentang tuduhan itu dalam wawancara yang akan ditayangkan secara lengkap pada hari Selasa (18/7/2017) nanti.

Pemimpin Chechnya bertanya kepada seorang juru kamera; ”Mengapa (wartawan itu) datang ke sini? Apa gunanya pertanyaan ini?”

Scott terus mendesaknya soal tuduhan perlakuan keras terhadap komunitas LGBT. Desakan itu ditanggapi marah oleh Kadyrov.

”Mereka (orang gay) adalah setan. Mereka dijual. Mereka bukan manusia. Oh Tuhan, sialan mereka, karena tuduhan mereka, maka mereka harus menjawab kepada Yang Mahakuasa,” katanya.

Wawancara tersebut merupakan bagian dari dokumenter HBO tentang bagaimana Kadyrov menggunakan seni bela diri campuran (MMA) untuk menyebarkan pesan politik ke luar negeri.

Di Indonesia,  Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain berpendapat, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin tidak cukup hanya meminta maaf lantaran telah memberikan pidato kebudayaan pada acara Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Sebab, acara yang diselenggarakan pada 26 Agustus tersebut juga diisi dengan pemberian penghargaan bagi LGBTIQ. "Sebagai menteri agama, apalagi beliau itu Muslim, tidak cukup minta maaf saja. Selain minta maaf kepada rakyat Indonesia, beliau juga wajib taubat," kata Tengku saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (31/8).

Tengku melanjutkan, kelompok LGBTIQ merupakan kelompok yang dilarang di berbagai agama. Maka dari itu, sangat tidak pantas jika seorang Menteri Agama menghadiri acara yang melibatkan kelompok tersebut.

"Wajib beliau menjaga diri untuk mengucapkan selamat kepada kelompok LGBT, atau memberikan pujian sekecil apa pun," ucap Tengku.

(mas)

Posting Komentar

0 Komentar