Pengamat Internasional : Kharisma Gatot Membuat Jokowi Kelihatan Lemah


Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai memiliki ambisi untuk ikut dalam pemilihan presiden tahun 2019. Ambisi itu terlihat jelas (apparent).

Demikian antara lain penilaian analis dari lembaga think thank Australia Strategic Policy Institute (ASPI), John McBeth, dalam artikelnya yang berjudul Jokowi and the General di ASPIStrategist.org.au.

Dalam analisanya, McBeth mengaitkan keputusan menghentikan latihan bersama itu dengan ambisi Gatot Nurmantyo menuju kursi RI-1. Penghentian itu dianggap sebagai upaya Gatot untuk meningkatkan popularitas.

Selain itu, Gatot membuat tidak nyaman Jokowi karena memiliki hubungan yang baik dengan kelompok garis keras Front Pembela ISlam (FPI) dan kelompok lainnya yang berada di balik demo besar 411 dan 212 baru-baru ini yang menuntut agar penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dibawa ke meja hijau.

McBeth mengutip sejumlah informan yang mengatakan bahwa kasus penistaan agama ini dimunculkan untuk melemahkan posisi Jokowi menuju pilpres 2019. Ahok dikenal memiliki hubungan baik dengan Jokowi. Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ahok mendampingi Jokowi sebagai Wakil Gubernur Jakarta.

Keputusan Gatot Nurmantyo menghentikan latihan bersama dengan Australia disebutkan tidak membuat hubungan Jakarta dan Canberra rusak. Adalah Jokowi dan Menkopolhukam Jenderal (purn) Wiranto dan Menteri Pertahanan Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu yang berhasil meminimalisir dampak dari keputusan Jenderal Gatot itu.

"Aksi Nurmantyo membuat Presiden Jokowi tampak lemah dan tidak efektif," tulis McBeth lagi.

Menurutnya, untuk membalikkan keadaan, Jokowi dapat melakukan hal seperti memberhentikan Gatot. Dan untuk meredam agresifitas kelompok FPI dengan mengaplikasikan tekanan polisi pada Habib Rizieq.

McBeth juga menyoroti pernyataan-pernyataan Jenderal Gatot dalam banyak kesempatan mengenai proxy war atau perang dengan menggunakan kaki tangan. Menurut Gatot, banyak negara di dunia yang cemburu pada Indonesia yang memiliki performa ekonomi yang baik dan sumber daya alam yang berlimpah.

Gatot juga, menurut McBeth dalam analisanya, secara terbuka menyampaikan kecurigaannya pada kehadiran tentara AS di utara Australia yang menurutnya memiliki kaitan dengan keinginan mendapatkan Papua. [dem]

Posting Komentar

0 Komentar