Jawaban puisi Ibu Indonesia
Oleh : (akun) Dena YoungAku tak peduli jika kau tak mau tau dengan syariat islam asal kau tak menghina agamaku
Aku tak peduli kau mau bugil sekalipun asal kau tak merendahkan penutup auratku
Aku tak peduli kau bercinta dengan musik apapun hingga kau klimaks di puncak ilusi tapi JANGAN kau bandingkan dengan seruan kepada muslim untuk menghadap Penciptaku dan kamu
Aku tak peduli kau sesesat apapun,itu adalah urusannmu tapi akan menjadi urusanku jika sesatmu itu kau coba tebarkan dengan pongah
Perahu di ujung senja,sungguh malang perahumu bocor pun dayungmu patah arang
Tunggulah balasanmu karena akupun juga sedang menunggu.
IBU MUSLIMAH
Oleh : Irene Radjiman
Aku ibu muslimah. Aku harus patuh pada syari'at Islam. Karena kecantikanku tercipta dari DIA sang pemilik jagad, sang pembuat syari'at.
Aku tahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah. Gerai tekukan rambutnya sangatlah cantik. Rasa ciptanya bagaikan kristal mutiara yang menyatu dengan kodrat alam. Begitu cantiknya hingga Rabbku menyebutnya aurat dan tak rela mata-mata durjana liar memandangi kecantikannya. Kecantikan itu harus tetap suci terbungkus kain hijab.
Lihatlah ibu muslimah. Saat penglihatanmu semakin asing. Supaya kau dapat melihat kecantikan asli dari imanmu. Jika kau ingin menjadi cantik, memiliki jiwa yang sehat, beradab dan bermartabat
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu muslimah.
Aku ibu muslimah. Aku harus patuh pada syari'at Islam. Karena kecantikanku tercipta dari DIA sang pemilik jagad, sang pembuat syari'at.
Aku tahu suara kidung ibu Indonesia sangatlah elok. Namun seluruh suara merdu dimuka bumi ini harus meluruh syahdu saat Rabbku turun dari atas arsyNYA, membuka penutup langit dengan kumandang adzan. Seluruh manusia beriman wajib datang dan sujud dengan ke-TAAT-an.
Suara kumandang adzan itu sangatlah merdu, bila didengar oleh mereka yang senantiasa menjaga hati dan melafadzkan istighfar. Rabbku tidak perlu meminta maaf, bila suara adzan itu terdengar buruk bagi hati yang buruk karena belum terpuaskan nafsu yang lapar.
Gemulai gerak tari bukanlah ibadah. Karena ibadah adalah saat hati merendah dan tubuh sujud menyembah, dimana nafas doa berpadu cipta melalui helai demi helai benang tenun sajadah dan tangan yang menengadah. Bukan dengan keangkuhan hati yang pongah.
Pandanglah ibu muslimah. Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari imanmu
Sudah sejak dahulu kala, sejak tercipta manusia pertama, riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan patuh pada perintah Rabbnya.
Begini isi surat terbuka yang ditulis Anis Anisah menanggapi puisi Sukmawati:
Bismillah..
Kepada yg kami hormati Ibu Sukmawati Soekarno Putri,
Ibu Sukma, saya sudah nonton puisi Ibu yg berjudul “Ibu Indonesia” di acara Pagelaran Busana 29 th Ane Avantie.
Sayang sekali, acara yg bagus dan menampilkan kecantikkan wanita2 Indonesia ini dirusak oleh pembacaan puisi Ibu Sukma yg menyinggung masalah SARA.
Ibu Sukma, silakan Ibu dan teman2 Ibu berkebaya dan berkonde, tapi mohon dengan sangat untuk tidak membandingkannya dg syariat Islam.
Biarkan kami memakai pakaian yg kami yakini sebagai bentuk ketundukkan kepada Robb kami, Dzat yg telah menganugerahi negeri yg indah ini. Dzat yg telah menciptakan tubuh2 molek kami.
Ibu Sukma, juga mohon dg sangat utk tidak melecehkan suara adzan. Tahukah anda, sejelek apa pun suara adzan di telinga anda, dia adalah pertanda bumi ini masih berputar di porosnya. Jika sudah tak ada lagi terdengar adzan di atas bumi Allah ini, itu artinya saya dan anda sudah digulung oleh kiamat yg dahsyat.
Ibu Sukma, Robb kami telah mensyariatkan pakaian ini kepada hamba2Nya sebagai FURQAN, pembeda antara HAQ dan BATHIL. Sebagaimana yg pernah disampaikan oleh Cak Nun, Jilbab adalah jarak antara keindahan dengan kebusukan. Batas antara baik dan buruk, benar dan salah.
Kami menyarungkan keyakinan di kepala kami
Menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan ISTIQAMAH, di nurani dan jiwa raga kami.
Sekian surat terbuka dari saya, semoga Ibu Sukma tercurah hidayah, dan semoga kami tetap istiqomah. Aamiin..
Semarang, 1 April 2018
Anis Tri Anisah
0 Komentar