Setelah menggagalkan penabalan gelar datok untuk Djarot, warga Melayu Langkat kembali membubarkan acara penabalan Romahurmuzi, Ketua Umum Pusat Partai Persatuan Pembangunan, dengan gelar Dato’ Sri Ali Syahputera Perkasa Alam yang akan berlangsug, Sabtu (07/04) di Gedung MABMI Langkat di Stabat akhirnya batal.
Pihak Polres Langkat mencabut izin penyelanggaraan acara tersebut yang sudah sempat diberikan karena adanya tuntutan dari para tokoh masyarakat Melayu Langkat, Jum’at (06/04).
Adanya rencana penabalan Dato’ ini sudah tercium aromanya beberapa hari lalu. Semula para tokoh adat Melayu Langkat ini menduga Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Syaiful Hidayat jug akan disertakan dalam acara pemberian gelar Dato’ yang tak sembarangan diberikan kepada seseorang ini.
Namun belakangan ketahuan bahwa yang akan ditabalkan adalah Romahurmuzi, Dato’ Muda Sala Haji, Dato’ Pulau Kampai, Dato’ Besitang, dan Dato’ Gebang.
Kendati demikian para Pemangku Adat Melayu Langkat ini sepakat bahwa acara penabalan ini tidk dibenarkan dan bertentangan dengan adat. Sebab yang berhak
menabalkan seseorang dalam adat Melayu hanyalah para Pemangku Adat Melayu Langkat.
“Diluar itu, mau MABMI, mau pejabat, tak dibolehkan karena bertentangan dengan Adat Melayu’” kata Tengku Chandra Hardi, Kejuruan Stabat.
Dan mereka semakin kuat melakukan perlawanan, lantaran dalam penabalan gelar adat itu terselip pula unsur polis.
Yakni adanya ‘penumpang’ dari pasangan Cagubsu Djarot-Sihar Sitorus dalam acara Deklarasi Masyarakat Hukum Adat Besitang-Langkat diiringi dengan penabalan Dato’ kepada Romahurmuzi , Dato’ Muda Sala Haji, Dato’ Pulau Kampai, Dato’ Besitang, dan Dato’ Gebang.
Para Pemangku Adat Melayu Langkat ini sangat menjauhi dunia polik praktis dalam kehidupan adat Melayu Langkat.
“Haram hukumnya mengacaukan urusan polik dengan prinsip budaya Melayu yang syarat dengan nuansa Islami. Karena itulah sebabnya kami menentang keras adanya rencana penabalan nama itu,” ucap tengku Chandra.
Agar Acara bisa dihempang, para tokoh adat ini melayangkan surat penolakan atas adanya rencana penabalan itu ke Polres Langkat, Jum’at (06/04), dengan alasan, pemberian Gelar Datuk oleh oknum yang tidak berwenang secara adat adalah pelanggaran berat Hukum Adat.
Selain itu, Penerimaan Gelar Adat tanpa memenuhi persyaratan/kriteria secara Adat adalah pencemaran adat,penistaan Adat, penghinaan Adat, dan pelemahan Adat Melayu.
Sayangnya, saat surat dilayangkan, Polres Langkat sudah keburu mengeluarkan izin acara tersebut ke pihak penyelanggara, yakni Lembaga Masyarakat Hukum Adat Teluk Aru-Besitang (LEMHATABES).
Berbekal izin tersebut, maka penyelanggara bergegas mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendukung perehalatan akbar itu. Panggung bernuansa Melayu dan baliho para tokoh yang akan ditabalkan pun sebagian sudah terpajang di halaman gedung.
Namun, saat para pekerja sedang giat-giatnya mempersiapkan perhelatan tersebut, para tokoh pemangku adat diiringi puluhan datuk dan tokoh melayu lainnya datang menggeruduk gedung MABMI, tempat acara berlangsung.
Mereka berteriak lantang agar acara harus dihentikan karena melanggar adat Melayu Langkat.
Selain itu Tengku Chandra Juga memprotes panitia penyelanggara karena dalam salah baliho yang belum sempat terpasang, terlihat ada foto dari almarhum keluarga besarnya, Sutan Matsyeh, yang dikenal sebagai salah seorang Pahlawan Langkat.
Dialog panas pun terjadi antara Tengka Chandra, H Nailul Amali, dan para tokoh melayu lainnya dengan pihak penyelanggara yang ada di lokasi.
Namun tidak ditemukan kata sepakat. Sementara Kasat Intel Polres Langkat AKP Syahrial yang tiba di lokasi mencoba menengahi kedua pihak meminta bisa menyelesaikan masalahnya secara internal.
Rupanya, disaat debat panas berlangsung, masuk satu mobil pick up yang mengangkut bahan logistik, berupa kalender. Kemarahan Puak Melayu memuncak seketika memergoki bahwa kalender yang akan dibagikan di acara itu terdapat foto Ketua DPP PPP, Romahurmuji serta foto pasangan Djarot-Sihar.
Melihat kenyataan pahit ini, H Nailul Amali sampai terhenyak dan tak lama kemudian meneteskan air matanya.
“Tak tahulah, sedih rasanya bisa sepertiini,” katanya dengan suara yang bergetar.
Suara ‘Allahu akbar’, seraya pekikan batalkan acara penabalan pun berkumandang riuh dari Agung Johar dan lainnya.
“Ini penipuan, karena pihak penyelanggara sebelumnya telah membuat perjanjian bahwa dalam acara tersebut tudak ada unsur polisnya. Ini kerjaan orang yang mengkhianati Puak Melayu, tolong pak polisi, hentikan acara ini, tarik kembali surat izin,” kata Agung Johar.
Karena suasana sudah semakin memanas, akhirnya Kasat Intel Polres Langkat AKP Syahrial menyatakan kepada Tengku Chandra dan kepada pihak penyelanggara untuk membatalkan acara itu, seraya meminta kepada kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalahnya secara internal.
Selain meminta Tengku Chandra kembali dengan tenang, juga berpesan kepada para pekerja yang sedang mempersiapkan perhelatan untuk menghentikan segala kegiatan. (metrolangkatbinjai.com)
1 Komentar
Dari Stabat ke Sanggalima.
BalasHapusUdang galah digulai lemak.
Adat itu , puncak budaya.
Jangan dipermudah karena tamak.