Para investor asal China yang menanamkan modal di Malaysia kemungkinan akan menghadapi masalah jika Mahathir Mohamad memenangkan pemilu. Mahathir, mantan perdana menteri itu kini menjadi kandidat perdana menteri dari kubu oposisi.
Dalam sebuah wawancara dia memaparkan pandangannya soal investasi China. Mahathir mengatakan, Malaysia menyambut baik investasi dari China selama perusahaan negeri itu mempekerjakan warga lokal, membawa modal, dan teknologi ke Malaysia.
Namun, ujar politisi gaek berusia 92 tahun itu, dia tak melihat semua hal tersebut dilakukan para pengusaha China yang berinvestasi di Malaysia.
"Kami tak mendapatkan apapun dari investasi. Kami tak menyukai itu," kata Mahathir di kantornya di Kuala Lumpur, Senin (9/4/2018).
Komentar Mahathir ini merefleksikan keprihatinan meluas atas investasi China di berbagai negara Asia mulai dari Australia hingga Sri Lanka. Banyak negara berusaha mendapatkan keuntungan dari rencana China membangun infrastruktur bernilai ratusan miliar dolar.
Namun, di sisi lain banyak negara juga khawatir akan menjadi terlalu tergantung terhadap China. Di Malaysia, investasi China memicu kekhawatiran terkait kesetaraan dan kedaulatan perekonomian negeri itu. Mahathir mengambil contoh Country Garden Holdings Co. Ltd yang berencana menanamkan investasi sebesar 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.377 triliun di Johor.
Perusahaan ini akan membangun hunian berupa apartemen yang dihargai hingga 1 juta ringgit atau sekitar Rp 3,5 miliar per unitnya.
"Di Malaysia tak ada cukup orang kaya untuk membeli apartemen mewah seperti itu, sehingga yang akan masuk adalah orang asing," ujar Mahathir.
"Tak ada negara yang senang jika orang asing membanjiri negara mereka," tambah dia. Dalam wawancara itu, Mahathir mengambil contoh Sri Lanka yang disebutnya "kehilangan banyak tanah" karena tak bisa mengembalikan utang dari China.
Tahun lalu pemerintah Sri Lanka memberi sebuah perusahaan kongsi yang dimotori sebuah BUMN China hak pengelolaan pelabuhan Hambata di wilayah selatan negeri itu. Hak pengelolaan hampir satu abad itu terpaksa diberikan sebagai ganti pemutihan utang Sri Lanka terhadap China.
"Banyak orang tidak suka dengan investasi China. Kami ingin membela hak rakyat Malaysia. Kami tak ingin menjual negeri ini kepada perusahaan asing yang akan mengembangkan seluruh kota," ujar Mahathir.
Pihak pemerintah Malaysia belum menanggapi pernyataan Mahathir ini. Namun, PM Najib Razak pernah menepis kekhawatiran oposisi soal maraknya investasi China di Malaysia.
"Ingat, investasi Malaysia di China pernah lebih besar ketimbang investasi China di Malaysia. Investasi Malaysia di luar negeri jauh lebih besar dibanding investasi asing di negeri ini," ujar Najib dalam konferensi Invest Malaysia 2018.
China memang menjadi negara dengan investasi terbesar di Malaysia dengan kontribusi 7 persen dari total investasi asing tahun lalu bernilai 54,7 miliar ringgit. (kompas)
0 Komentar