Jujur saja,setelah dapat kepastian dari Omak kita Ketua Partai Banteng,kau maju bertarung jadi Calon Gubernur kami di Sumatera Utara, aku mau tak mau jadi salut juga sama kau, Lae Rot.
Di bandingkan orang-orang kami Batak yang juga petinggi di partai kau itu,misalnya Apparaku si Simbolon yang pernah mencalon dulu dan juga Lae Sirait kader muda yang seharusnya jadi menteri di Kabinet Abangda Haji Jokowi Siregar, tentu saja kau yang patut aku acungkan jempol.
Salut betul aku sama kau jadi kukasih kedua jempol tangan ku kanan dan kiri ya Lae?
Mereka itu jangankan ber-kukuruyuk seperti ayam jantan, berkotek aja ngga ada kudengar suara mereka sekarang.
Entah karena takut sama Omak, ngga tau jugalah aku ya?
Di kultur kami Sumut khususnya Batak, Perintah Omak adalah harga mati. Bertempur kata Omak,bertempurlah kami.
Kawin kata Omak, ya kawinlah awak.
Ngga berani kami melawan kata Omak, lagipula Surga di Telapak Kaki-nya,kan?
Cuma seingatku,Omak itu yang membrojolkan kami kedunia ini, bukan boss partai, tapi ya sudahlah ...bantai kaulah di situ.
Kudengar-dengar Lae Rot,kau mau maju selain karena ngga ada kerjaan,juga karena dapat dukungan dari senior kau yang lagi trening di Tahanan Mako Brimob itu ya?
Hati-hati kau di jerumuskan mereka Lae, dia saja seingatku dulu pernah mau mencalon jadi Gubernur di Sumut tapi gagal karena ngga laku.
Jangankan kalian, Jenderal Naga Bonar yang kesohor itu lebih memilih bertempur di Jawa Barat daripada di Sumut ini Lae.
Sudah paham dia klo medan tempur di sini keras , apalagi lawannya sekali ini Jenderal Asli Putra Daerah, Pak Edy Rahmayadi.
Tapi itu pilihan kau lah Lae,saya acungi jempol lagi ya?, cuma sudah habis jempol tanganku, apa boleh pakai jempol kaki?
Kulihat sudah bertebaran di berandaku status dan tulisan-tulisan yang memuja-muji mu Lae, ada pula yang sampai ajak nantulang nya buat milih kau.
Segala macam prestasi mu waktu kau jadi Walikota Blitar,mereka cerita sampai berbusa-busa. Tapi kok ngga ada yang mereka ceritakan waktu kau jadi Wagub dan Gubernur Jakarta,ya..?
Ngga apa-apalah, aku juga malas baca karena menurutku ngga ada juga lah yang luar biasa.
Blitar tetap saja kota kecil yang bahkan banyak orang Medan ngga tau di mana letaknya di Peta.
Bagiku kelebihanmu itu cuma pelihara kumis aja Lae, saya akui itu karena sudah berulang kali ku coba pelihara kumis tetap saja yang tumbuh satu helai-dua helai mirip kumis lele.
Serius aku, pakai minyak apa kau kasih kumis kau itu?
Minyak nyong-nyong apa minyak Wak Doyok?
Satu lagi lae, Kalau boleh ku kasih saran, hindari ikut langsung kampanye di Pajak (pasar) Sambu dan Simpang Melati Medan.
Di sana itu sentra jual-beli monza (barang-barang bekas dari Malaysia dan Singapura). Semua yang bekas-bekas cepat sekali di kilo-kan dan di jual inang-inang di sana.
Bukan maksudnya karena kau itu bekas Cawagub dan ngga laku di Pilgub Jakarta nanti akan di kilokan mereka Lae,bukan...
Cuma jalan di sana kalau hujan sering becek dan kadang masih ada copet.
Terakhir kalau mau di kasih marga,tolong lah Lae , jangan Siregar lagi. Pilihlah marga yang lain dulu, capek sudah aku makan hati. Abang awak sudah jadi Presiden pun tak pernah-nya awak di undang makan-makan ke Istana.
Kalau mau,marga Harahap aja ya Lae,biar pas kita mar-Lae,nya.
Sebelum lupa, terminal taksi paling murah ada di sekitaran Terminal Pinang Baris. Siapa tau Lae butuh transportasi murah-meriah buat kabur jalan-jalan ke Aceh kalau kali ini kalah lagi.
Di sana laut dan pantai-nya mirip-mirip Labuan Bajo juga, Betti-lah...alias beda-beda tipis.
Selamat datang di Sumut dan Selamat berjuang Lae
Dari Aku, Azwar Siregar Pendukung Jenderal Edy Rahmayadi anak Sumut Asli.
0 Komentar