Hari Jumat (15/2) untuk pertama kalinya publik bisa membandingkan secara langsung “gaya” masing-masing capres dalam menunaikan ibadah shalat Jumat.
Jokowi salat Jumat di Masjid Raya Baitul Izzah, Bengkulu. Prabowo salat Jumat di Masjid Agung Kauman, Semarang.
Biasanya publik hanya disuguhi berita aktivitas Jokowi melakukan salat Jumat di berbagai daerah. Sementara aktivitas Prabowo menunaikan salat Jumat jarang terekspos ke publik. Sampai-sampai para pendukung Jokowi mempertanyakannya.
Dalam sebulan terakhir, setiap hari Jumat para pendukung Jokowi selalu mencoba membuat trending topic #PrabowoSalatJumatDimana. Tujuannya untuk membuat publik bertanya-tanya tentang sisi relijiusitas Prabowo. Bersamaan dengan itu mereka juga menunjukkan betapa relijiusnya Jokowi.
Publik juga dibombardir dengan foto dan video Jokowi sedang salat, atau menjadi imam.
Jumat kemarin tak bisa dihindari perhatian publik tersedot kepada aktivitas salat Jumat Prabowo. Gara-gara ketua takmir Masjid Agung Kauman Kyai Hanief Ismail melarang Prabowo salat disana, media jadi heboh. Hanief tak mau salat itu dipolitisir.
Media berbondong-bondong mendatangi masjid bersejarah yang terletak di seberang Pasar Johar itu. Sejumlah stasiun televisi bahkan sampai mengirimkan mobil satelitenya, dan bersiap melakukan siaran langsung.
Tim Prabowo harus berterima kasih kepada Kyai Hanief yang belakangan diketahui merupakan anggota tim sukses Jokowi-Ma’ruf. Sebab gara-gara larangannya, peristiwa salat Jumat Prabowo menjadi sorotan publik. Kampanye gratis.
Prabowo tiba di masjid Kauman sekitar sepuluh menit sebelum adzan berkumandang. Di dalam masjid jamaah sudah melimpah. Sejumlah jamaah diketahui datang dari berbagai kota di Jawa Tengah. Bahkan ada yang datang khusus dari Jakarta. Sejumlah kamera televisi sudah bersiap siaga. Namun Prabowo tampaknya sengaja menghindari sorotan kamera.
Dia masuk melalui pintu samping sebelah kanan, dan segera menunaikan salat sunah takhiatul masjid di serambi luar sayap kanan. Usai salat sunah dua rakaat, Prabowo dihampiri pengurus masjid dan memintanya pindah ke dalam masjid. Shaf terdepan sudah disediakan untuknya.
Tak ada kamera yang disiapkan oleh tim Prabowo. Tidak ada pengaturan shaf, atau memindahkan dan mengatur posisi jamaah untuk memberi sudut pengambilan gambar yang baik. Dia langsung duduk. Beberapa jamaah terlihat langsung berdiri memotret menggunakan handphone.
Prabowo terlihat khusuk mendengarkan khatib berkhotbah. Setelah salat Jumat, dia bergegas meninggalkan masjid. Rupanya Prabowo menghindari keriuhan dan takut mengganggu doa para jamaah lainnya.
Begitu imam mengucapkan salam, jamaah langsung merangsek ke baris depan dan berebut mencoba menyalaminya. Para pengawalnya segera mengamankan, dan memandunya keluar melalui pintu keluar sayap kanan. Menerobos kerumunan dan langsung masuk ke dalam mobil.
Banyak wartawan yang terbengong-bengong karena tidak mendapat gambar Prabowo, apalagi wawancara dengannya. Prabowo tampaknya benar-benar menghindari publikasi di masjid.
Sejumlah kru televisi yang sudah bersiap-siap memasang mobil satelite di sekitar masjid hanya bisa kecewa. Sikap Prabowo ini bagi mereka sangat aneh. Sebagai kandidat capres, politisi, seharusnya Prabowo semaksimal mungkin memanfaatkan kehadiran media. Apalagi kamera televisi yang menyiarkan secara langsung.
Selama ini media, terutama televisi karena afiliasi politik pemiliknya, maupun tekanan dari penguasa sangat membatasi peliputan kegiatan-kegiatan Prabowo. Jadi sebenarnya ini kesempatan yang langka. Tapi begitulah Prabowo. Terlalu tertib dan taat aturan. Dia sangat menghindari politisasi ibadah. Baginya hal itu sangat personal.
Bagaimana dengan Jokowi. Jumat kemarin dia sedang berada di Bengkulu menghadiri Sidang Tanwir Muhammadiyah. Setelah salat Jumat Jokowi membagi-bagikan sertifikat tanah waqaf. Semua kegiatan itu dilakukan di dalam masjid.
Kegiatan salat Jumat dan disertai pembagian sertifikat ini belakangan sudah menjadi prosedur baku ketika Jokowi berkunjung ke daerah.
Tak ada takmir masjid yang berani melarang atau mengadukan ke Bawaslu seperti yang dilakukan Kyai Hanief. Padahal pada diri Jokowi saat ini melekat dua atribut sekaligus : presiden sekaligus capres.
Kapan dia berperan sebagai presiden, dan kapan dia menjadi capres. Ini yang yang tidak jelas.
Politisasi Agama
Mengapa Jokowi dan timnya menganggap soal salat yang merupakan ibadah personal ini menjadi penting diketahui publik? Sampai-sampai Menko Maritim Luhut Panjaitan yang nota bene seorang Nasrani memberi kesaksian bahwa Jokowi selalu salat tepat waktu?
“Saya berteman dengan beliau lebih dari 11 tahun. Beliau saat ke rumah saya, datang, waktunya Magrib misalnya, dia langsung ke ajudan saya, tanya, ambil sajadah, ambil wudu, salat, selesai ya ngobrol lagi. Dari dulu itu, belum ada pencitraan mau jadi Presiden,” ujar Luhut.
Pujian yang sama juga disampaikan cawapres Ma’ruf Amin. “Waktu itu saya mau foto bareng, saya tanya mana Pak Jokowi, lagi salat Ashar, saya saja belum salat. Dia duluan salat, beliau itu salatnya fii awwalin,” kata Ma’ruf.
Serangan buzzer Jokowi, pujian Luhut dan Kyai Ma’ruf, serta larangan Prabowo salat Jumat di Masjid Kauman sesungguhnya kian membuktikan siapa yang menjadikan agama sebagai komoditi politik.
Selama ini kubu petahana selalu menuding bahwa kubu Prabowo mengeksploitasi simbol-simbol keagamaan. Namun realitasnya yang terjadi malah sebaliknya.
Pilihan siapa yang menjadi cawapres sudah menunjukkan hal itu. Jokowi memilih Ma’ruf Amin. Seorang Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga Rais Aam PBNU. Prabowo memilih Sandiaga seorang pengusaha, namun dikenal sangat rajin beribadah.
Prabowo tak pernah mau mempublikasikan aktivitas ibadahnya, sebaliknya Jokowi terkesan sengaja menyebarluaskannya. Publik dibombardir dengan berbagai foto dan video Jokowi sedang menunaikan salat. Dalam setiap salat berjamaah, Jokowi bahkan selalu menjadi imam.
Soal Jokowi menjadi imam salat ini mengundang banyak kontroversi. Untuk menjadi imam salat, ada syaratnya. Antara lain bacaan Al Qurannya harus terbaik dibandingkan jamaah yang lain. Padahal pernah terungkap ketika membaca surat Alfatihah yang menjadi syarat syahnya salat, bacaan Jokowi tidak fasih.
Agak sulit dibantah, pilihan cawapres maupun semua aktivitas keagamaan Jokowi tujuannya adalah untuk kepentingan Pilpres 2019. Sampai saat ini masih ada kekhawatiran pemilih Islam, tidak mau memilih Jokowi. Untuk memenangkan pilpres, Jokowi harus memenangkan suara pemilih Islam yang menjadi mayoritas.
So tidak perlu kaget bila Anda mendapat kiriman foto atau video Jokowi sedang jadi imam salat. Tak perlu juga kaget bila menerima meme maupun artikel yang mempertanyakan ke-Islaman Prabowo. Padahal dia merupakan capres pilihan ijtima ulama.
Woles saja. Itu tandanya pilpres sudah semakin dekat. end
Hersubenoarief.com
0 Komentar