Imigrasi menangkap puluhan pekerja seks komersial (PSK) asal China jelang malam tahun baru 2017. Selain PSK asal China, beberapa PSK dari negara lain juga diciduk di sejumlah tempat hiburan.
Para PSK China ini masuk ke Indonesia menggunakan visa kunjungan wisata. Ada pula yang overstay. Mereka diamankan Imigrasi di sejumlah daerah di Indonesia.
“Jumlahnya terus bertambah. Kini kita terus mendata laporan di seluruh kantor Imigrasi,” ujar Kabag Humas dan Umum Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Agung Sampurno kepada JawaPos.com, Minggu (1/1/2017).
Selain Jakarta, Batam, Bali, dan Surabaya juga menjadi daerah favorit para PSK China ini menjajakan diri.
Di Batam misalnya, para PSK asal China diduga datang sebagai wisatawan. Namun lama-lama mereka melanjutkan pekerjaanya sebagai PSK.
Kepala Imigrasi Kelas I Khusus Batam, Teguh Prayitno, tak menafikan informasi itu. Bahkan menurutnya, peluang masuknya PSK asing memang menjadi terbuka lebar.
Dia menduga, PSK asing yang disinyalir beroperasi di Batam bukan melalui Batam, tapi melalui daerah lain di Indonesia.
“Mereka tak masuk lewat Batam, melainkan melalui Jakarta. Visa ini yang masih kita selidiki,” ujar Teguh Prayitno, seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group/pojoksatu).
Salah satu upaya bisa mengurangi prostitusi yang melibatkan WN asing itu, adalah melalui razia. ”Dalam waktu dekat kita akan razia,” ujarnya.
Razia ini bukan hanya yang berstatus Pencari Suaka (Asylum Seeker) saja, termasuk juga mereka yang sudah refugee, akan didata satu per satu.
“Datanya sudah ada, namun mengenai posisi pasti masih kita selidiki,” ucapnya.
Terkait pengawasan, Teguh mengaku akan memperketat pengamanan di pintu masuk Batam. Mulai dari bandara, pelabuhan, sampai pada pelabuhan-pelabuhan tikus.
Dalam penanganannya, ia mengaku bekerjasama dengan instansi dan pihak-pihak terkait.
“Pengawasan akan diperketat dan pemerintah pusat pun ikut mendukung,” katanya.
Selain PSK asing, imigran asal Timur Tengah yang berada di Taman Aspirasi Batamcentre juga jadi pekerjaan rumah imigrasi.
Bagaimana tidak, selama empat bulan saja, mereka yang tinggal menetap di Taman Aspirasi jumlahnya terus bertambah.
“Juni 2016 lalu masih 11 orang, sekarang sudah 103 orang. Kita terus awasi jumlahnya,” kata Teguh.
(pojoksatu)
0 Komentar