POLISI AROGAN! Bu Guru di Sumut Ini Diancam Tembak, Rumah Diobrak-abrik, Ternyata Salah Alamat



Hingga Kamis (4/5) , Farida Hanum (52) masih terbaling lemas di Rumah Sakit Patar Asih, Kecamatan Beringin. Saat ditemui wartawan, guru sekaligus Kepala Sekolah (Kasek) SDN di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu itu masih dirawat di Lantai II Ruang 212.

Jarum infus masih menempel pada tangan sebelah kanan wanita yang memiliki empat anak itu. Farida terpaksa dirawat pasca rumahnya diobrak-abrik karena salah target oleh Polrestabes Medan bukan Ditnarkoa Poldasu seperti pengakuan putri sulungnya sebelumnya.

Farida pun mengaku masih shock dan mengalami sakit pada kaki sebelah kanan dan punggung belakang kiri karena membantu Zuhri Hasbullah (57) suaminya saat petugas polisi yang berpakaian preman itu mendorong pintu depan rumahnya secara paksa dan masuk kedalam rumah.

“Suami ku baru selesai sholat, melihat banyaknya pria berpakaian preman, suami ku teriak rampok,” sebutnya.

Lanjut Farida, setelah berhasil masuk ke dalam rumah, salah seorang yang mengaku anggota polisi mengeluarkan senjata api dan mengacungkannya keatas.

Zuhri Hasbullah pun sempat menahan tangan yang memegang senjata api dan setelah mengaku, mereka polisi barulah Zuhri Hasbullah melepaskannya. “Kami minta surat tugasnya tapi tak mau menunjukkannya. Nama Kanitnya Musa Aleksandersah,” ujarnya.

Saat rumahnya digeledah dan diacak-acak, salah seorang personil menyebutkan ini rumah gembong narkoba bernama Fahmi. Padahal nama anaknya H Hasanul Fahmi (28) yang sekarang sedang menyelesaikan S3 dan masih lajang.

Sedangkan yang dicari petugas polisi itu adalah Fahmi warga Pantai Labu Pekan, Kecamatan Pantai Labu yang sudah menikah dan memiliki anak satu.

Selain mengalami shock, masih menurut Farida jika anaknya bernama M Rifky Firdaus (15) yang masih duduk dibangku kelas III SMP pada malamnya takut tidur dirumah dan meminta tidur di rumah sakit menemani Farida Hanum. Namun karena Rifky Firdaus harus mengikuti UN maka Farida pun tak mengizinkan anaknya itu tidur di rumah sakit.

“Sampai sekarang masih terbayang saat rumah kami diobrak-abrik. Suami ku juga shock mau opname tapi kalau kami dua-duanya opname siapa yang akan menjaga anak-anak? Kami belum memikirkan untuk melapor ke Propam, karena kami masih trauma dengan kejadian itu. Karena salah target, rumah kami jadi sasaran,” tutupnya. (ml)

Posting Komentar

0 Komentar