Jalan hidup Mochammad Dedy Irawan, 19, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo sangat memilukan. Pria yang menyabet Kang Persahabatan Probolinggo 2016 itu tewas usai mengalami kecelakaan di Jalan Raya Blandongan, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan, Jumat (20/10). Ironisnya, keluarga baru tahu setelah jasadnya dimakamkan selama sepekan.
Menurut penuturan keluarga, Jumat (20/10) lalu, Dedy mengirim pesan jika akan pulang ke Kota Probolinggo. Sudah beberapa bulan ini, Dedy tinggal di Malang untuk kuliah di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang. Namun, hingga tengah malam, Dedy tak kunjung datang.
Sehingga, keluarga berpikiran jika pria yang akrab disapa Dedy itu, tidak jadi pulang. “Sore sebelum pulang itu sempat SMS (pesan pendek) ke ibunya bahwa akan pulang. Kami menunggu hingga larut malam, tapi tidak datang. Kami mencoba menghubungi nomornya, gak aktif,” ujar Jumat, ayah korban.
Setelah itu, pihak keluarga kembali menghubungi korban. Namun, masih tidak ada jawaban. Keluarga saat itu tidak merasa ada yang janggal. Mereka menyangka jika Dedy msih sehat wal afiat di Malang.
Keluarga baru gelisah, ketika kedatangan tamu seorang pria Sabtu (28/10) lalu. Pria tersebut mengaku ditabrak Dedy pada Jumat lalu (20/10). Pria itu datang ke rumah Dedy, untuk menyelesaikan administrasi di kepolisian.
“Ada tamu ke rumah. Dia mengabarkan bahwa ditabrak oleh anak saya. Tapi saya tidak percaya. Karena itu, saya langsung ke Malang hari itu juga untuk ke kampus anak saya,” katanya. Tiba di Malang, ia tak mendapati anaknya di kampus maupun indekosnya.
Malah, Jumat mendapat informasi dari salah seorang teman kuliah anaknya, jika Dedy sudah pamit pulang sepekan yang lalu. Karena itu, Jumat kemudian mendatangi Satlantas Polres Pasuruan Kota.
“Saya datang ke kantor Lantas Polres Pasuruan Kota. Ternyata, disana ada tas anak saya. Di tas itu, berisi laptop dan juga identitas lainnya,” katanya.
Saat itu, ia hanya mendapat kabar jika anaknya dirawat di RSUD dr Soedarsono Kota Pasuruan. Jumat dan keluarga korban lantas bergegas ke rumah sakit untuk memastikan kondisi anaknya. Ternyata, tak ada nama Dedy di daftar pasien. Pikiran Jumat mulai tak enak. Ia kemudian menuju ruang pemulasaran jenazah.
Akhirnya, Jumat mendapat titik terang. Itu setelah pihak kamar mayat menunjukkan foto jenazah Mr X yang sudah dimakamkan sepekan sebelumnya.
Tentu saja, kabar itu membuat keluarga besar Dedy terhenyak. Mereka heran, kenapa pihak kepolisian dan rumah sakit tak memberi kabar.
“Di rumah sakit, pihak petugas kamar mayat memberikan foto pernah memandikan seorang lelaki. Dan ternyata itu benar anak saya,” ungkapnya.
Jumat tak terima dengan kejadian yang menimpa anaknya. Seharusnya, pihak rumah sakit maupun kepolisian memberi kabar. Apalagi, Jumat menegaskan jika data diri yang dibawa anaknya lengkap.
“Saya terpukul sekaligus sedih. Sebab, jelas jelas data itu ada. Tapi kenapa kok kami gak diberitahu. Seharusnya ya diberitahukan dulu. Alasan rumah sakit, katanya takut bau karena dekat dengan permukiman,” jelasnya. Pihak keluarga menuntut rumah sakit dan polisi untuk bertanggung jawab.
Jumat juga menuntut RSUD membongkar makam dan memulangkan jenazah ke Probolinggo. “Kami tidak terima. Saya akan menuntut pihak rumah sakit yang telah mengebumikan anak saya dengan seenaknya. Saya juga meminta visum ulang terhadap jasad anak saya itu,” tegasnya.
Hal senada disampaikan sahabatnya, Stebby Julionatan. Pria yang sama-sama tergabung dalam Paguyuban Kang Yuk Kota Probolinggo itu, menduga ada kesalahan prosedur yang dilakukan rumah sakit maupun kepolisian.
Senin (30/10), Stebby dan rekan-rekannya di paguyuban, termasuk istri korban yakni Deni Eka Wulansari, mencari tahu peristiwa yang dialami korban. Informasi yang ia terima, peristiwa kecelakaan yang dialami korban terjadi sekitar pukul 17.30. Namun, keterangan yang didapat dari petugas rumah sakit, korban baru dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 22.30. Setelah dilakukan perawatan, 30 menit kemudian korban tewas.
“Kami hanya ingin tahu kejadian sebenarnya seperti apa. Kami juga minta pihak kamar mayat untuk menjelaskan kejadian sebenarnya. Meskipun awalnya seperti tidak mau, akhirnya dia menjelaskan,” jelasnya.
Tak hanya mendapatkan penjelasan, ia dan rombongan juga tahu pusara korban. “Dimakamkan tidak jauh dari rumah sakit,” katanya. Jalan hidup Mochammad Dedy Irawan, 19, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo sangat memilukan. Pria yang menyabet Kang Persahabatan Probolinggo 2016 itu tewas usai mengalami kecelakaan di Jalan Raya Blandongan, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan, Jumat (20/10). Ironisnya, keluarga baru tahu setelah jasadnya dimakamkan selama sepekan.
Menurut penuturan keluarga, Jumat (20/10) lalu, Dedy mengirim pesan jika akan pulang ke Kota Probolinggo. Sudah beberapa bulan ini, Dedy tinggal di Malang untuk kuliah di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang. Namun, hingga tengah malam, Dedy tak kunjung datang.
Sehingga, keluarga berpikiran jika pria yang akrab disapa Dedy itu, tidak jadi pulang. “Sore sebelum pulang itu sempat SMS (pesan pendek) ke ibunya bahwa akan pulang. Kami menunggu hingga larut malam, tapi tidak datang. Kami mencoba menghubungi nomornya, gak aktif,” ujar Jumat, ayah korban.
Setelah itu, pihak keluarga kembali menghubungi korban. Namun, masih tidak ada jawaban. Keluarga saat itu tidak merasa ada yang janggal. Mereka menyangka jika Dedy msih sehat wal afiat di Malang.
Keluarga baru gelisah, ketika kedatangan tamu seorang pria Sabtu (28/10) lalu. Pria tersebut mengaku ditabrak Dedy pada Jumat lalu (20/10). Pria itu datang ke rumah Dedy, untuk menyelesaikan administrasi di kepolisian.
“Ada tamu ke rumah. Dia mengabarkan bahwa ditabrak oleh anak saya. Tapi saya tidak percaya. Karena itu, saya langsung ke Malang hari itu juga untuk ke kampus anak saya,” katanya. Tiba di Malang, ia tak mendapati anaknya di kampus maupun indekosnya.
Malah, Jumat mendapat informasi dari salah seorang teman kuliah anaknya, jika Dedy sudah pamit pulang sepekan yang lalu. Karena itu, Jumat kemudian mendatangi Satlantas Polres Pasuruan Kota.
“Saya datang ke kantor Lantas Polres Pasuruan Kota. Ternyata, disana ada tas anak saya. Di tas itu, berisi laptop dan juga identitas lainnya,” katanya.
Saat itu, ia hanya mendapat kabar jika anaknya dirawat di RSUD dr Soedarsono Kota Pasuruan. Jumat dan keluarga korban lantas bergegas ke rumah sakit untuk memastikan kondisi anaknya. Ternyata, tak ada nama Dedy di daftar pasien. Pikiran Jumat mulai tak enak. Ia kemudian menuju ruang pemulasaran jenazah.
Akhirnya, Jumat mendapat titik terang. Itu setelah pihak kamar mayat menunjukkan foto jenazah Mr X yang sudah dimakamkan sepekan sebelumnya.
Tentu saja, kabar itu membuat keluarga besar Dedy terhenyak. Mereka heran, kenapa pihak kepolisian dan rumah sakit tak memberi kabar.
“Di rumah sakit, pihak petugas kamar mayat memberikan foto pernah memandikan seorang lelaki. Dan ternyata itu benar anak saya,” ungkapnya.
Jumat tak terima dengan kejadian yang menimpa anaknya. Seharusnya, pihak rumah sakit maupun kepolisian memberi kabar. Apalagi, Jumat menegaskan jika data diri yang dibawa anaknya lengkap.
“Saya terpukul sekaligus sedih. Sebab, jelas jelas data itu ada. Tapi kenapa kok kami gak diberitahu. Seharusnya ya diberitahukan dulu. Alasan rumah sakit, katanya takut bau karena dekat dengan permukiman,” jelasnya. Pihak keluarga menuntut rumah sakit dan polisi untuk bertanggung jawab.
Jumat juga menuntut RSUD membongkar makam dan memulangkan jenazah ke Probolinggo. “Kami tidak terima. Saya akan menuntut pihak rumah sakit yang telah mengebumikan anak saya dengan seenaknya. Saya juga meminta visum ulang terhadap jasad anak saya itu,” tegasnya.
Hal senada disampaikan sahabatnya, Stebby Julionatan. Pria yang sama-sama tergabung dalam Paguyuban Kang Yuk Kota Probolinggo itu, menduga ada kesalahan prosedur yang dilakukan rumah sakit maupun kepolisian.
Senin (30/10), Stebby dan rekan-rekannya di paguyuban, termasuk istri korban yakni Deni Eka Wulansari, mencari tahu peristiwa yang dialami korban. Informasi yang ia terima, peristiwa kecelakaan yang dialami korban terjadi sekitar pukul 17.30. Namun, keterangan yang didapat dari petugas rumah sakit, korban baru dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 22.30. Setelah dilakukan perawatan, 30 menit kemudian korban tewas.
“Kami hanya ingin tahu kejadian sebenarnya seperti apa. Kami juga minta pihak kamar mayat untuk menjelaskan kejadian sebenarnya. Meskipun awalnya seperti tidak mau, akhirnya dia menjelaskan,” jelasnya.
Tak hanya mendapatkan penjelasan, ia dan rombongan juga tahu pusara korban. “Dimakamkan tidak jauh dari rumah sakit,” katanya. (jawapos)
0 Komentar