Diakhir jabatan SBY, Partai Demokrat membuat konvensi guna menjaring sosok yang pantas diusung maju di Pilpres 2014. 11 peserta konvensi antara lain, Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Haris Sarundajang.
Setelah melakukan roadshow di beberapa daerah, Dahlan Iskan keluar sebagai pemenang dengan selisih yang sangat jauh. Bahkan dengan juara kedua, Pramono Edhie Wibowo, yang juga ipar SBY.
Namun sayang, Dahlan Iskan beserta relawannya harus menelan pil pahit. Tidak diusung di Pilpres 2014. Belakangan, Partai Demokrat seperti kehilangan arah. Limbung. Memposisikan diri sebagai partai tengah di kepemimpinan Jokowi, namun kadang ke kiri dan ke kanan. Seperti jurus dewa mabuk.
Kisah tersebut seolah menjadi dejavu. Jaman now, pesona Tuan Guru Bajang yang elektabilitasnya harum bagi rakyat kecil, dianggap pengganggu stabilitas di dalam tubuh Partai Demokrat. Dengan kata lain, dianggap merusak citra sang putra mahkota, AHY. Ini seperti Dahlan Iskan yang menumbangkan Pramono Edhie.
Jurubicara Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, seperti dilanir dari RMOL, menyepelekan elektabilitas TGB yang masih rendah dibanding AHY.
Sementara Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief malah menuduh TBG memelihara buzzer jahat.
"TGB kader berakhlak, kenapa menggunakan agen-agen propaganda buzzer mirip kelompok sebelah yang bisa memecah belah?" kata Andi Arief dalam twitnya.
Andi bahkan menyebut pendukung TBG dengan sebutan buas tidak berakhlak dan menyarankan TGB untuk segera keluar dari Partai Demokrat.
Fyi... Dahlan Iskan di-PHP, ketika pilpres di depan mata. Hingga tidak cukup waktu untuk bermanuver. Dan akhirnya memilih mendukung Jokowi.
Sedangkan TGB punya waktu yang lumayan panjang. Semakin ditekan, popularitas TGB akan semakin melejit.
Meskipun hard to say, kebijakan PDIP saat mengusung Jokowi di Pilpres 2014 perlu diacungi dua jempol. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri memberi contoh, bahwa partai politik bukan sebuah kerajaan. Bukan memaksakan keluarga atau sanak saudara untuk tetap berada di atas.
Walau fenomena AHY dinilai sebagai ide jenius SBY, namun jangan pernah melupakan faktor X yang dilakoni rakyat. Dan dalangnya adalah TUHAN.
Note : Dan ternyata, Dahlan Iskan pada suatu kesempatan beberapa tahun lalu, pernah memuji TGB setinggi langit.
“Inilah satu-satunya kepala pemerintahan di Indonesia yang hafal Alquran. Dengan artinya, dengan maknanya, dan dengan tafsirnya. Masih muda. Ganteng. Berkulit jernih. Wajah berseri. Pemahamannya pada rakyat bawah nyaris sempurna,” puji Dahlan.
The last but not least, jangan remehkan pergerakan relawan Dahlan Iskan yang masih tersebar di segala penjuru dunia! Mereka masih merasakan pahitnya di-PHP Partai Demokrat. Bukan tidak mungkin akan bergerak menjadi relawan TGB.
Nah lho...
0 Komentar