Aksi unjukrasa dua kubu pro kontra Jokowi di Medan yang sebelumnya berjalan aman, seketika berubah anarkis. Setelah pendukung Jokowi melemparkan batu dan kayu ke kerumunan mahasiswa.
Aksi makin panas setelah polisi membubarkan paksa mahasiswa yang menginginkan Jokowi turun. Beberapa mahasiswa terluka hingga berdarah-darah akibat pukulan polisi.
Mahasiswa pun kocar kacir setelah ditembaki gas air mata dan dikejar polisi bersenjatakan kayu. Beberapa dari mahasiswa memilih berlindung ke markas Kodim 0201/BS Medan. Yang berada tak jauh dari lokasi unjukrasa, di Gedung DPRD Sumut.
Polisi sempat mengejar. Namun pasukan TNI dengan sigap menurunkan palang. Bahkan, Komandan Kodim beserta prajurit TNI pun ikut menyuruh balik polisi.
“Ceritanya itu para mahasiswa berlarian hingga masuk ke Markas Kodim 0201/BS sehingga pihak TNI melindungi para mahasiswa dari keberingasan polisi, bisa dilihat sikap polisi yang berteriak teriak dari luar kepada mahasiswa, seakan akan mereka itu bukan mengayomi dan melindungi masyarakat. DANDIM turun langsung ke lapangan mengawal Mahasiswa untuk mengambil beberapa kendaraan mereka yg telah rusak (sebelum diamankan oleh polisi),” tulis Arasy, seorang saksi mata..
Kisah serupa juga pernah terjadi saat unjukrasa mahasiswa di Medan Merdeka Timur. Dari Jalan Merdeka Utara, polisi mendesak mahasiswa hingga kawasan stasiun Gambir hingga Pejambon.
Ketika mahasiswa dipukul mundur polisi, mereka berlarian meminta perlindungan warga di Komplek Direktorat Perhubungan Angkatan Darat Batalyon Perhubungan Darat di Pejambon, belakang komplek Gereja Immanuel.
Di sini, mahasiswa malah dilindungi oleh warga dan beberapa anggota TNI yang bermukim di komplek itu. Bahkan beberapa tentara yang bertugas, balik menghardik polisi dan melindungi mahasiswa.
"Ini daerah kami, pergi kamu," ujar salah seorang tentara yang bertugas.
Mendengar ini, polisi yang tadinya memburu mahasiswa langsung "balik kanan'". Warga sekitar pun mendukung sikap warga komplek TNI AD itu.
"Kasihan mahasiswa, mereka kan memperjuangkan agar rakyat tidak kesulitan," ujar salah satu warga di Pejambon.[ald]
Aksi makin panas setelah polisi membubarkan paksa mahasiswa yang menginginkan Jokowi turun. Beberapa mahasiswa terluka hingga berdarah-darah akibat pukulan polisi.
Mahasiswa pun kocar kacir setelah ditembaki gas air mata dan dikejar polisi bersenjatakan kayu. Beberapa dari mahasiswa memilih berlindung ke markas Kodim 0201/BS Medan. Yang berada tak jauh dari lokasi unjukrasa, di Gedung DPRD Sumut.
Polisi sempat mengejar. Namun pasukan TNI dengan sigap menurunkan palang. Bahkan, Komandan Kodim beserta prajurit TNI pun ikut menyuruh balik polisi.
BACA : Rakyat Sumbar Tolak Acara Ansor dan Banser, "Ngaku Ahlu Sunnah, Tapi Hobby Dangdutan!"
“Ceritanya itu para mahasiswa berlarian hingga masuk ke Markas Kodim 0201/BS sehingga pihak TNI melindungi para mahasiswa dari keberingasan polisi, bisa dilihat sikap polisi yang berteriak teriak dari luar kepada mahasiswa, seakan akan mereka itu bukan mengayomi dan melindungi masyarakat. DANDIM turun langsung ke lapangan mengawal Mahasiswa untuk mengambil beberapa kendaraan mereka yg telah rusak (sebelum diamankan oleh polisi),” tulis Arasy, seorang saksi mata..
Kisah serupa juga pernah terjadi saat unjukrasa mahasiswa di Medan Merdeka Timur. Dari Jalan Merdeka Utara, polisi mendesak mahasiswa hingga kawasan stasiun Gambir hingga Pejambon.
Ketika mahasiswa dipukul mundur polisi, mereka berlarian meminta perlindungan warga di Komplek Direktorat Perhubungan Angkatan Darat Batalyon Perhubungan Darat di Pejambon, belakang komplek Gereja Immanuel.
Di sini, mahasiswa malah dilindungi oleh warga dan beberapa anggota TNI yang bermukim di komplek itu. Bahkan beberapa tentara yang bertugas, balik menghardik polisi dan melindungi mahasiswa.
"Ini daerah kami, pergi kamu," ujar salah seorang tentara yang bertugas.
Mendengar ini, polisi yang tadinya memburu mahasiswa langsung "balik kanan'". Warga sekitar pun mendukung sikap warga komplek TNI AD itu.
"Kasihan mahasiswa, mereka kan memperjuangkan agar rakyat tidak kesulitan," ujar salah satu warga di Pejambon.[ald]
0 Komentar