Menanti Kebangkitan Obor Rakyat, Dulu Dianggap Hoax, Sekarang Dirasakan Kebenarannya


Saya belum pernah bertemu muka secara langsung baik dengan Lae Setiyardi maupun dengan Mas Darmawan Sepriyossa Asli.

Tapi sejak keduanya dengan "jentle" mendatangi Kejaksaan dan kemudian ditahan dan di Penjara karena dituduh memfitnah Penguasa lewat Tabloid Obor Rakyat, saya kemudian berusaha mencari tahu siapa mereka berdua.

Ternyata kedua orang ini asli keren . Sosok-sosok yang idealis, baik hati, suami soleh, anak berbakti sekaligus jadi menantu idaman. Jauh dari model manusia-manusia penjilat yang sok relijius tapi rela menjual iman dan sorban demi uang dan jabatan.

Tabloid Obor Rakyat yang fenomenal di Pilpres 2014, tentu saja berulangkali saya dengar gaungnya. Tapi belum pernah saya baca. Konon Isinya mengupas-tuntas latar belakang salah satu Capres yang "di fitnah" dekat dengan PKI, Anti Islam dan Cuma Jadi Boneka. Isi Obor Rakyat dianggap sumber hoaks bagi sebagian masyarakat.

Ok, saya buat tanda kutip pada "fitnah" dan kita garis bawahi "bagi sebagian masyarakat". Karena faktanya, dulu yang diberitakan Obor Rakyat khususnya pada  poin "Cuma Boneka" dan "Anti Islam" sekarang juatru banyak dirasakan dan disuarakan oleh banyak masyarakat.

Jadi bagi sedikit masyarakat (Bong200) Tabloid Obor Rakyat mungkin saja dianggap berisi hoaks dan fitnah, tapi bagi sebagian besar masyarakat waras lainnya (jenis Kampret) isi Tabloid Obor Rakyat adalah Fakta.

Bukan cuma sekali-dua kali saya bertemu langsung dengan masyarakat yang mengeluhkan rezim berkuasa sekarang yang dianggap mereka "tidak ramah kepada Islam" dan cuma jadi "Petugas Partai-nya" mbak Mega.

Bahkan ada beberapa pengamat politik terkenal misalnya Ketua Tirik Yaluk Indonesia, Azwar Siregar, itu saya sendiri, yang menganggap dipilihnya Haji MA (Ketua MUI) jadi Cawapres adalah untuk meredam isu "tidak ramah kepada Islam" itu.

"Dipaksakannya" Haji MA jadi Cawapres pendamping juga bisa jadi stempel pengesahan "Petugas Partai".  Saya yakin jauh dilubuk hati beliau yang tidak boleh disebut namanya itu kalau bisa memilih, pasti lebih memilih si Profesor yang ter PHP menjadi pendamping.
Tapi kalau para pemilik Partai bersikeras menunjuk Haji MA, boneka bisa apa?
So....?

Jadi tuduhan kepada Obor Rakyat sebagai tabloid penyebar hoax menurut saya terlalu dini. Karena kadangkala HOAX ITU ADALAH FAKTA YANG BELUM TERUNGKAP...

Jadi dengan Bismillah, saya mengajukan diri kepada Lae Setiyardi ikut bergabung di Tabloid Obor Rakyat.

Tunggu kehadiran Tabloid Obor Rakyat yang akan kembali mengguncang perpolitikan Indonesia.
Sekali lagi ingat, KADANGKALA HOAX ADALAH FAKTA YANG BELUM TERUNGKAP...!!!

Dan biarkan Tabloid Independent yang bebas dari kepentingan politik menjadi Obor penerang bagi rakyat Indonesia.

#TirikYaluk

Note :
Menurut Dewan Pers, isi Tabloid Obor Rakyat tidak termasuk produk pers karena tidak memuat " cover both side".
Pertanyaannya : "Apakah media-medianya Dewan Pers sekarang juga menerapkan keseimbangan berita khususnya antara JKW dengan Pak Prabowo?
Maaf, saya meragukan "cover both side-nya" Detik, Tempo, Kompas dan Media Indomesia. Apalagi Metro TV....jijay!

Posting Komentar

0 Komentar