Kisah miris yang terjadi di Bengkulu ini jadi salah satu bukti jika orang miskin dilarang sakit, apalagi sampai meninggal di rumah sakit. Meski petugas medis bukan robot yang tidak punya hati, kisah-kisah seperti selalu saja berulang di negeri yang (katanya) kaya raya ini.
Berawal pada 5 April 2017, saat Sri Sulasmi, istri Aspin, melahirkan anak keempat melalui operasi besar karena bayi divonis mengalami kelainan paru-paru dan jantung. Operasi dilakukan di RSUD Kaur menggunakan layanan BPJS Kesehatan dan saat bayi lahir dirujuk ke RSUD M Yunus Kota Bengkulu untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
Setelah sempat masuk UGD dan dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi prematur, pada 7 April putranya meninggal dunia. Dia pun berniat membawa jenazah bayinya menuju kampung halaman dengan ambulans dan pihak rumah sakit menjelaskan biaya sewa mobil jenazah itu sebesar Rp 3,2 juta dengan waktu tempuh dari Kota Bengkulu ke Kaur sekitar lima jam perjalanan darat.
Aspin sempat mencoba menawar, namun pihak rumah sakit bergeming. Karena tak memiliki cukup uang, Aspin mencari jalan keluar yakni memasukkan jasad bayinya ke dalam tas pakaian dan pulang ke kampung menggunakan kendaraan umum.
"Di dalam mobil sopir minta tas diletakkan di bagasi tapi saya tolak dengan alasan di dalamnya kue untuk acara pernikahan saudara, untung sopir tak curiga," kata Aspin. Sesampai di kampung halaman, jenazah bayi itu segera dikebumikan.
Gubernur Bengkulu Minta Maaf
Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti meminta maaf kepada Aspin Ekwandi dan keluarga, warga Desa Sinar Bulan, Kabupaten Kaur, yang membawa jasad bayinya dalam tas akibat tak mampu membayar sewa ambulans dari Rumah Sakit M Yunus Kota Bengkulu."Saya menyampaikan duka dan empati serta meminta maaf atas kelalaian kami melayani masyarakat," kata Ridwan saat mengunjungi keluarga Aspin Ekwandi di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule, tadi malam.
Aspin terpaksa membawa jenazah anaknya dalam tas agar bisa dibawa pulang dengan kendaraan umum ke Desa Sinar Bulan. Cara itu ditempuh karena ia tak sanggup membayar sewa ambulans sebesar Rp 3,2 juta.
Gubernur Bengkulu menyampaikan, ada sejumlah peraturan yang kaku dan segera ditinjau untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dia pun menyesalkan tindakan petugas di rumah sakit yang belum mampu melayani dengan hati.
"Kita segera evaluasi aturan yang ada kalau itu jadi memberatkan masyarakat," ujarnya.
0 Komentar