Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada rakyat Indonesia yang sukses melaksanakan aksi super damai yang pesertanya mencapai jutaan.
Dan ucapan terima kasih kepada seluruh saudara se-iman di Indonesia yang ikut mendukung aksi 812 atau aksi syukur karena PM Malaysia, Mahatir Muhammad menolak konvensi PBB.
ICERD yang merupakan singkatan dari International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination atau Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial adalah konvensi PBB yang dipermasalahkan di Malaysia.
Dahulu, pada tahun 1969, terjadi kerusuhan multirasial paling mematikan di Malaysia. Kerusuhan-kerusuhan akhirnya bisa dihentikan setelah tahun 1970, Malaysia menerapkan program istimewa yang memberikan hak-hak istimewa bagi orang Melayu dalam pekerjaan, pendidikan, kontrak dan perumahan untuk membantu mempersempit kesenjangan kekayaan dengan etnis minoritas Tionghoa.
Etnis Melayu mencakup hampir dua pertiga dari total 32 juta penduduk negara itu, dengan minoritas Tionghoa dan India yang besar.
Jikalau ICERD disahkan, kemungkinan besar akan terjadi lagi kerusuhan di Malaysia. Dan kami tidak mau itu terjadi. Kami tak ingin kisah pisahnya Singapura terjadi lagi.
ICERD mengingatkan saya dengan taktik Amerika Serikat. Mereka mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan saat menghancurleburkan Iraq.
Bersama Israel sering meneriakkan penegakan HAM. Padahal tangan mereka dipenuhi darah rakyat Palestina.
Dan ICERD mempopulerkan anti diskriminasi untuk bisa mengaduk-aduk kedamaian yang selama ini telah terjalin di Malaysia.
Saya sangat sedih saat Aksi 812 mulai disebut sebagai pro diskriminasi. Seperti juga Aksi 212 yang dituduh intoleran.
Sadarkah kalian, ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatasnamakan Anti Diskriminasi dan Anti Intoleransi yang sebenarnya ingin memecah belah persatuan yang sudah terjalin puluhan hingga ratusan tahun lalu.
Maksud dan tujuan mereka tak lain adalah demi sumberdaya alam melimpah di Malaysia dan juga di Indonesia. Cara yang sama sudah mereka jalankan di Jazirah Arab.
Kita sebagai negara di jazirah Melayu, hendaknya menjadikan itu sebagai pelajaran.
Seperti kata Ustad favorit saya yang berasal dari Indonesia, Abdul Somad Lc MA, Melayu adalah Islam. Islam jua yang harus menjaga ukhuwah di negeri kita.
Semoga Malaysia dan Indonesia semakin kuat ukhuhwah Islamiyahnya.
NB. Special thanks buat saudaraku Arie Untung dari seorang Mahasiswa Malaysia di Medan. Dan salam damai buat Ernest, yang tanpa sadar sudah mencap saudara-saudara di aksi 812 sebagai pro diskriminasi.
0 Komentar