Ini bukan ttg Prabowo ato Jokowi bos. Siapapun yg jadi Presiden, ko pikir pening aku?
Yg bikin naik pitam, udah setaon lbh pelanggaran seliweran, Presiden cuti jam2an mcm masuk rmh kitik2, walau tak langgar aturan, ya pake hatilah sikit, ajari anak kami bertarung yg betol.
Presiden lawan Capres, cuma ada di sini. Lepas tu, pelanggaran lain hilir mudik di depan mata.
Ada pulak kawan awak cakap: "Halaaah mak, mana ada yg nggak maen. Biasa ajalah, tak usah dibesar-besarin."
Aku bkn timses, bukan relawan tapi juga bukan kaleng-kaleng. Sakit mataku, tambah lagi jumpa teman pegawai BUMN sambil sedih mengaku punya 700 akun lbh di FB yg tugasnya, melike, mengkoment, menshare info hoax, meme bully, mengembangkan isu utk merusak nama Prabowo dan Sandiaga Uno.
"Keknya di seluruh kota besar ada tim kek aku. Rata2 punya 500 akun."
Aku mendelik, tapi tak mungkin aku merusak hidupnya.
Dengan menggunakan jaringan milik negara, di jam kerja yg gajinya dari uang rakyat, pingin kali awak libas pantatnya.
Awak cuma diam.
Lalu ketemu byk kelping (ketua RT) yang dengan happy bilang caiiiir.
"Nggak papalah kk, kan nggak tiap taonnya kami dapat ini. Dapat paket, dapat duit. Satu paket 250 ribu. Kan lumayan lebaran taon ini,"kata si kepling cewek.
Datang yg satu lagi, kebetulan sodaraku,"Udah ngeri Lurah cakap, kekmana lagi yg nomor itu harus menang di Medan,"
Awak juga cuma bisa mendelik.
Masuk ke desa2, isinya serupa wajib menang, kalo tak menang dana desa takkan ada lagi, kata kades. Lalu warga dikasi paket, lengkap dgn foto yg hrs dicoblos dan sambil megang paket lalu dijepret. Cekrek ! Cekrek! Dikirim jadi laporan.
Gaji kordinator perkelurahan pun awak tau, honor kirim foto 3000 sekali share. Perhari bisa 100ribu.
Halaaah, democrazy. Kalo kek gini caranya, keliling uang semua, tak usah pala belagak kali. Nggak kasian mafia bengak ni ama yg tulus mencintai petahana.
Quick Count, Real Count versi BPN masih di awang2nya tu semua. Tapi kejahatan berjamaah tu hrs dilibas bersama. Yo wes lah, blm mandi awak dari pagi....
Diambil dari laman medsos wartawan senior di Medan, Yose Piliang.
0 Komentar