Mereka memang bukan dari kelas konglomerat. Mereka tak masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Tetapi, mereka malam tadi (7 Desember 2018) menunjukkan secara terang-terangan bahwa mereka telah menerobos “garis takut” (line of fear).
Yaitu, garis yang selama ini mengekang para pengusaha Tionghoa untuk menyatakan dukungan lugas, tegas dan bernas kepada Prabowo Subianto (PS).
Mereka tidak ragu-ragu lagi mengucapkan “Semoga Pak Prabowo Subianto menjadi presiden pada tahun 2019”. Diaminkan oleh sekitar seribu orang yang hadir.
Mereka katakan itu di depan acara Gala Dinner yang bertajuk “Tionghoa & Bisnis Di Mata Prabowo Subianto” di SunCity, Jakarta. Acara bertujuan untuk mengumpulkan donasi kampanye Prabowo. Dalam suasana yang tenang. Tanpa rasa waswas diinteli. Tidak ada lagi ketakutan itu.
Inilah awal dari gelombang eksodus pengusaha Tionghoa ke kubu Prabowo. Saya sebut eksodus karena selama ini asumsi umum yang diyakini adalah bahwa semua pengusaha Tionghoa pasti mendukung Jokowi.
Bagi saya, ini merupakan satu lagi pertanda penolakan keras terhadap Jokowi. Terhadap slogan “Jokowi adalah kita”. Ini tidak mudah dilakukan. Saudara-saudara kita pengusaha Tionghoa itu memberontak dengan risiko besar. Tapi mereka nekat. Tak perduli lagi apa pun akibatnya.
Nah, mengapa mereka lakukan itu? Pasti ada masalah yang sangat fundamental terkait dengan pemerintahan Jokowi. Soal kebijakan ekonominya. Juga kebijakan politiknya yang dianggap membahayakan bangsa dan negara.
Yang membahayakan kedaulatan dan mengancam persatuan nasional. Saudara-saudara dari etnis Tionghoa sudah melihat bahaya itu dengan jelas.
Itulah sebabnya mereka pindah ke capres yang paham mengelola bangsa dan negara yang kaya dan beragam ini. Mereka menaruh keyakinan bahwa PS bisa mencegah kehancuran labih lanjut. PS mengerti cara untuk memulihkan situasi yang centang-prenang saat ini.
Mereka menerobos garis takut itu bukan sekadar menghibur PS. Bukan ikut-ikutan untuk menunjukkan bahwa mereka perduli pada capres lawan Jokowi. Ini bukan taktik pasang dua-kaki.
Mereka tahu persis akibat menerobos garis takut itu. Kalau mereka berstrategi dua kaki, pasti itu mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi. Tidak secara terbuka.
Di acara Gala Dinner malam tadi, komunitas pengusaha Tionghoa itu sengaja menunjukkan kepada Jokowi bahwa mereka betul-betul ingin PS yang memimpin Indonesia. Ingin PS menjadi presiden. Mereka berkampanye di situ.
Apakah hanya pura-pura? Tak mungkinlah! Suasana di Gala Dinner itu sangat natural. Alami. Ibu-ibu, gadis-gadis, dan para remaja wanita Tionghoa mondar-mandir, lompat-lompat kegirangan untuk berswafoto (selfie) dengan PS. Mereka langsung buat postingan medsos dengan foto selfie itu. Semuanya berlangsung apa adanya. Tidak ada yang kaku. Semua genuine. Tulus.
Siapakah mereka? Rata-rata mereka adalah pengusaha menengah bawah. Tidak beromset besar, tetapi kehidupan mereka mapan. Mereka adalah para pengusaha yang telah, sedang, dan bakal terkena dampak langsung kebijakan ekonomi Jokowi yang tidak memihak rakyat.
Acara itu tidak hanya meriah, melainkan juga menohok. Menohok bagi Jokowi. Ini merupakan pesan langsung kepada Jokowi bahwa warga Tionghoa tidak lagi bisa diajak berkolusi untuk kehancuran.
Mereka menyadari kekeliruan. Dan ingin memperbaiki kekeliruan itu. Ingin menyampaikan pesan kepada seluruh pihak bahwa sekarang tidak ada lagi dukungan tanpa syarat untuk Jokowi.
No more blank cheque untuk Jokowi. Tidak ada lagi cek bebas tulis untuk Jokowi dari komunitas Tionghoa.
Secara simbolis, para pengusaha menengah itu menyerahkan bantuan Rp425 juta untuk kegiatan pemenangan PS. Memang jumlah itu kecil dibandingkan keperluan kampanye PS. Tetapi, beban psikologis yang ditimpakannya kepada Jokowi bagaikan seberat 425 metrik ton.
Tak berlebihan juga untuk mengatakan bahwa Gala Dinner pengusaha Tionghoa malam tadi adalah “bom cluster” yang dijatuhkan ke kubu Jokowi. Langsung kucar-kacir. Banyak yang luka berat. Para komandan menjadi panik. Tekanan darah pun naik.
Saya memperkirakan, setelah seribuan warga Tionghoa menerobos garis takut dan menyatakan dukungan untuk Prabowo, bakal ada lagi acara yang sama. Akan muncul lagi komunitas Tionghoa lainnya yang pindah secara massal ke kubu Prabowo.
Eksodus komunitas pengusaha Tionghoa ke kubu Prabowo, telah dimulai.
(Asyari Usman, wartawan senior)
0 Komentar