Paulus Rizal Malaga, 30, langsung pucat saat didatangi seorang perempuan paro baya dan beberapa warga. Mereka meminta Paulus keluar dari Distrik Yal saat itu juga.
Sebab, beberapa anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) sedang mengamuk. Sasarannya adalah para pekerja proyek. Beberapa pekerja proyek jembatan ditangkap dan dibunuh.
Merasa keselamatannya terancam, Paulus langsung berkemas-kemas. Dia mengajak tiga temannya ikut kabur. Tiga orang itu adalah Martinus, 25; Petrus Masamba, 26; dan Stevanus Hubi, 14.
Menurut Cenderawasih Pos, Paulus dan tiga rekannya tidak bekerja di proyek jembatan di Nduga. Mereka juga bukan pekerja di PT Istaka Karya yang dibantai kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) Minggu (2/12) lalu.
Empat orang itu adalah pekerja perumahan desa dan dokter di Distrik Nirkuri, Kabupaten Nduga. Namun, saat pembantaian berlangsung, Paulus sedang berada di Distrik Yal. Beredar kabar bahwa KKSB mengincar semua pekerja. Karena itu, Paulus dkk ketakutan.
Paulus dan tiga rekannya akhirnya meninggalkan lokasi tempatnya bekerja sekitar pukul 16.00 WIT. Setelah tiga jam perjalanan, mereka tiba di Kampung Ossa pukul 19.00 WIT. Di sana mereka bertemu dengan seorang pendeta. Kedatangan Paulus dkk disambut dengan baik. Sang pendeta kemudian menampung mereka di rumahnya.
Setelah beristirahat semalam di rumah sang pendeta, Paulus dkk melanjutkan perjalanan sekitar pukul 05.00. Saat itulah perjalanan panjang dimulai. Mereka harus menghadapi medan yang ganas dengan berjalan kaki. Bayang-bayang disergap KKSB menghantui mereka sepanjang perjalanan.
Mereka berjalan kaki menerobos hutan dan semak belukar, menuruni tebing, serta menyeberang sungai. Perjalanan tersebut mereka tempuh selama sekitar 14 jam. Akhirnya, sekitar pukul 19.00, empat sekawan itu tiba di sebuah kampung yang tidak mereka ketahui namanya.
"Kami diantar masyarakat, tetapi berkelompok-kelompok hingga sampai ke Distrik Burbujalma," kata Paulus mengisahkan pelariannya. Untung, banyak warga yang bersimpati kepada Paulus dkk. Mereka membantu Paulus dkk agar tidak ditemukan KKSB.
Rabu (5/12) warga mengantar Paulus dkk ke jalan raya. Sebab, beredar kabar tentang kedatangan tim evakuasi dari TNI-Polri. Ternyata benar. Sekitar pukul 10.00 Paulus dan tiga rekannya bisa bertemu dengan tim gabungan TNI-Polri. Namun, empat pekerja itu diminta menunggu karena aparat akan melanjutkan perjalanan ke Gunung Kabo.
"Kami kemudian dievakuasi ke pos di Distrik Mbua pada Rabu malam. Kami bermalam dan keesokan harinya dievakuasi dan bisa tiba di Wamena Jumat (7/12) dini hari sekitar pukul 00.00 WIT," tambahnya.
Paulus tidak menceritakan secara detail kejadian di Distrik Mbua. Penjelasan lebih lengkap disampaikan Kapolres Jayawijaya AKBP Jan Bernard Reba saat konferensi pers di Mapolres Jayawijaya.
Menurut Kapolres, saat empat pekerja itu berada di Distrik Mbua, ketegangan terjadi. Sebab, gerombolan separatis Papua menyerang pos TNI. "Saat penyerangan itu, empat warga ini ikut melarikan diri dan keluar dari Distrik Mbua," terang Jan Bernard Reba.
Pelarian tersebut berlangsung satu malam. Untung, dalam perjalanan mereka bisa bertemu kembali dengan tim gabungan TNI-Polri. "Empat orang itu akhirnya bisa dievakuasi ke Wamena," ucap Kapolres. Setelah tiba di Wamena, Paulus langsung menghubungi keluarganya. Mengabarkan bahwa dirinya telah selamat dan berada di Wamena.
(idr/c9/c10/oni)
0 Komentar